JUMAT sampai Senin (12-15 Juli 2024), saya kembali berada di Manado, Tondano dan Amurang, Sulawesi Utara (Sulut).
Di Manado dan Tondano, saya jumpa Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) Bambang Soesatyo (Ketua Majelis Permusyawaratan/MPR) dan rekan-rekannya, antara lain Dr Ir Junaedi Elvis yang segera meluncurkan buku “Politikal Migas”.
Saya juga jumpa lagi dengan Gubernur Sulut Olly Dondokambey, Wakil Gubernur Steven Kandouw, pengusaha pemilik kapal cepat “D’Tasik Azimut” Willy Tangko, Sekretaris Provinsi Steve Kepel, Rektor Universitas Sam Ratulangi Prof. Dr Ir Oktavian Berty Sompie serta para bupati dan wali kota dalam wilayah provinsi Sulut.
Di Manado dan Tondano (Kabupaten Minahasa), Bambang Soesatyo alias Bamsoet meresmikan markas IMI dan melantik Ketua IMI Sulut Rio Dondokambey.
Dalam sambutannya di Tonsaru, Tondano, Bamsoet bicara soal pemerintahan Prabowo Subianto mendatang harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh tentang ketahanan pangan, seperti tersedianya stok beras dan bahan pangan lainnya.
Wakil Ketua Umum Partai Golongan Karya ini menandasnya pemerintahan mendatang harus menjaga dan bekerja keras untuk kemandirian Indonesia di bidang pangan.
“Karena sejak awal 2024 ini, bangsa Indonesia menghadapi tantangan perekonomian cukup berat, berupa berkurangnya stok dan terjadinya kenaikan berbagai harga komoditas kebutuhan pokok, seperti beras, telur, daging dan lain-lainnya,” ujar Bamsoet seraya berucap angin tepi Danau Tondano ini cukup menggairahkan perjuangan hidup.
Bamsoet juga mengatakan, IMI akan mengerahkan ekspedisi motornya ke wilayah-wilayah pedesaan untuk menggairahkan semangat masyarakat menanam tanaman pangan secara benar dalam menghadapi perubahan iklim ektrem ini.
Sebelum ini, mantan juru bicara Wakil Presiden 2009 -2014, Yopie Hidayat dalam artikelnya berjudul “Waspada Ancaman Krisis Beras” antara lain menuliskan, “Ada kabar buruk tentang pangan”.
“Tingkat produksi beras nasional merosot tajam tahun ini sehingga Indonesia harus mengimpor beras sebanyak 5,17 juta ton. Jika perkiraan ini benar-benar terealisasi, Indonesia akan menjadi negara pengimpor beras terbesar di dunia ini,” ujar Yopie yang beberapa kali sebelumnya mengecam pembangunan gedung-gedung baru di Kabupaten Penajam Pasir Utara dan Kabupaten Kutai Kartenagara, Kalimantan Timur.
Menurut Yopie Hidayat, Jokowi akan menjadi bulan-bulanan karena tidak mampu memenuhi janji politiknya yang dia sampaikan tahun 2014.
Sebelum dan sesudah terpilih jadi presiden, Jokowi sesumbar akan membuat Indonesia mencapai swasembada beras dalam waktu tiga tahun.
Yopie mengingatkan banyak pihak agar jangan menutup atau bahkan mensabotase impor beras saat ini. Katanya hal itu sangat bahaya.
“Sepuluh tahun berlalu, Indonesia malah menjadi negeri pengimpor beras terbesar. Wajar ini mengundang kritik. Namun politikus seyogianya menahan diri sebatas mengkritik, tidak mengganjal, apalagi mensabotase rencana impor beras. Sebab, ada bahaya lebih besar yang akan menimpa jika Indonesia gagal mendapat pasokan beras impor. Kekurangan stok beras bisa memicu kelangkaan yang meluas dan mendongkrang harga dengan tajam,” demikian Yopie dalam majalah Tempo 8 - 14 Juli 2024 halaman 91 (rubrik Sinyal Pasar).
Menurut Yopie, jika gejolak harga beras berlanjut dengan kelangkaan, “persoalan bisa menjadi krisis pangan yang bukan tak mungkin memicu pula kemelut politik atau pun sosial.”
Sebelumnya Yopie mengingatkan, saat ini tidak mudah untuk mengimpor beras dari luar.
Olly Dondokambey yang sembilan tahun terakhir cukup berhasil menjadikan Sulut lumbung pangan dan firdaus turis, mengatakan provinsi ini stok pangan sangat melimpah.
Beras, jagung, bete (talas), ubi kayu dan ubi jalar serta ikan mengalami kelebihan hampir 100 persen dari yang dikonsumsi orang Sulut.
Bahkan, kata anggota DPRD Provinsi Sulut, Rocky Wowor, sebelum Prabowo mencanangkan progam makan gratis atau makan bergizi gratis, Pemerintah Sulut telah melakukannya selama beberapa tahun terakhir ini.
Menurut Rocky Wowor, “program bidang pertanian pangan ODSK” dengan seruan “Marijo Bakobong”, membuat surplus bahan pangan 100 persen di Sulut.