优游国际

KOMPAS.com - Perang Diponegoro adalah salah satu perlawanan besar yang terjadi antara rakyat Indonesia dengan Belanda.

Perang Diponegoro terjadi sepanjang tahun 1825 hingga 1830 yang awalnya terjadi di Yogyakarta, kemudian meluas ke daerah-daerah lain di Jawa.

Oleh karena itu, Perang Diponegoro disebut juga Perang Jawa.

Apa penyebab utama pecahnya Perang Diponegoro?

Baca juga: Siapa Saja Tokoh yang Membantu Perang Diponegoro?

Pecahnya Perang Diponegoro

Penyebab utama pecahnya Perang Diponegoro adalah ketika Belanda dengan sengaja menanam patok-patok untuk membuat jalan di atas makam leluhur Pangeran Diponegoro.

Tindakan ini yang membuat kemarahan Pangeran Diponegoro memuncak dan memutuskan untuk menyatakan perang. Ia mengganti patok yang dipasang oleh Belanda dengan tombak.

Namun, sebelum kejadian pemasangan patok ini terjadi, Belanda memang sudah melakukan serangkaian aksi yang memancing kemarahan Pangeran Diponegoro.

Memasuki abad ke-19, kondisi di Surakarta dan Yogyakarta semakin memprihatinkan karena tindakan Belanda terhadap pemerintah lokal yang acap kali memperburuk perselisihan internal kerajaan.

Selain itu, dominasi Belanda juga membuat rakyat Indonesia menderita karena dijadikan sebagai objek pemasaran.

Sebab, para petani tidak dapat mengembangkan kehidupan mereka karena harus menjadi tenaga kerja paksa Belanda.

Tidak berhenti di situ, beban rakyat Indonesia semakin berat karena mereka diwajibkan untuk membayar berbagai macam pajak.

Melihat penderitaan rakyat pribumi saat itu, Pangeran Diponegoro merasa sakit hati dan marah kepada Belanda.

Perang Diponegoro dimulai pada 20 Juli 1825, saat pasukan Belanda datang ke Tegalrejo untuk menangkap Pangeran Diponegoro, tetapi gagal.

Baca juga: Hasil Perlawanan Pangeran Diponegoro

Setelah tiga minggu berlalu, pasukan Diponegoro berhasil menduduki Keraton Yogyakarta.

Keberhasilan ini kemudian disusul dengan kemenangan di beberapa daerah pada tahun-tahun awal Perang Diponegoro terjadi.