Di balik kemerdekaan pasti ada perjuangan yang panjang melawan penjajahan untuk mempertahankan kedaulatan negara.
Menurut Hans Kelsen dalam Teori Umum Hukum dan Negara (General Theory of Law and State), selain menjaga keutuhan wilayahnya, negara juga harus memiliki kemampuan sebagai wilayah substansial kekuatan hukum negara, yang mencakup pengakuan internasional.
Kedaulatan sebuah negara, baik hukum nasional maupun teritorialnya, harus diakui secara internasional.
Mesir telah dicatat dalam sejarah sebagai negara yang mendukung perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia dan menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia sejak proklamasi Bung Karno.
Pilar kokoh hubungan Indonesia-Mesir
Ada empat pilar penting yang mendasari hubungan antara Mesir dan Indonesia. Pertama, seperti yang disebutkan sebelumnya, Mesir adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
Mesir dan Indonesia adalah negara yang menentang keras penjajahan dengan segala bentuknya dan lantang memperjuangkan kemerdekaan negara-negara Asia dan Afrika.
Presiden Soekarno dan Presiden Gamal Abdel Nasser adalah dua sahabat dekat yang memiliki pandangan sama tentang kedaulatan negara dan bangsa.
Kedua, sejak tahun 1850 atau sebelumnya, pelajar dan mahasiswa dari nusantara telah mengunjungi Mesir, terutama Al Azhar, untuk menuntut ilmu.
Jejak tersebut masih ada hingga sekarang di Masjid Al Azhar dengan sebutan Ruwaq Jawi (ruang belajar mahasiswa dari Nusantara yang waktu itu dikenal Jawa).
Al Azhar telah mencetak banyak ulama besar dan tokoh nasional Indonesia. Al Azhar juga telah memberikan pemahaman Islam moderat (washatiyah) yang rahmatan lil alamin (menjadi rahmat bagi semua ciptaan-Nya). Sekitar 15.000 pelajar dan mahasiswa saat ini sedang menimba ilmu di Al Azhar.
Ketiga, Mesir dipandang sebagai salah satu pusat perdagangan bagi negara-negara di benua Afrika dan merupakan salah satu mitra perdagangan utama Indonesia.
Perdagangan bilateral kedua negara berfokus pada berbagai produk, termasuk rempah-rempah, kopi, kurma, dan minyak sawit.
Penandatanganan MoU Joint Trade Committee pada Mei 2023, menambah kokohnya perdagangan kedua negara.
Keempat, banyak pelancong dan peziarah Nusantara memilih Mesir sebagai tempat wisata favorit mereka.
Mesir tidak hanya memiliki piramida dan sphinx yang paling terkenal, tetapi juga banyak tempat wisata alam, sejarah, dan situs yang menarik.
Alexandria, Luxor, Hurghada, Sharm Sheikh, Sinai, Dahab, Siwa, dan Matruh adalah beberapa tempat yang patut dikunjungi.
Wisata sejarah dan religi Mesir adalah pilihan yang bagus bagi para penikmat sejarah karena banyaknya peninggalan budaya Yunani dan Romawi, peninggalan budaya Islam, seperti masjid-masjid bersejarah, makam ulama besar, serta kekhalifahan dan kesultanan Islam masa lalu.
Selain itu, sejarah agama Kristen Koptik, gereja-gereja yang unik seperti gereja gantung dan gereja di dalam gua menambah ketertarikan wisatawan.
Peran Masisir dukung Kemerdekaan Indonesia
Sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Bung Karno pada 17 Agustus 1945, para "masisir" tidak mengetahuinya dengan cepat.
Selain keterbatasan komunikasi dan jarak, penjajah pasti sengaja menutup konferensi berita tentang kemerdekaan Indonesia agar masyarakat internasional tidak tahu.
(Mahasiswa Indonesia di Mesir sering menggunakan istilah "masisir". Mereka adalah mahasiswa yang belajar di Mesir, sebagian besar di Universitas Al Azhar).
Mahasiswa saat itu terus menyuarakan tuntutan kemerdekaan, salah satunya diterbitkan dalam surat kabar Al Ahram berbahasa Arab pada 28 Agustus 1945, dengan judul Matholib Indonesia (Tuntutan Indonesia).
Surat kabar itu menerima salinan memorandum dari masisir yang berkaitan dengan keadaan di Indonesia. Memorandum itu dikirim ke pemimpin negara-negara Barat.
Dalam memorandum yang dikirimkan kepada pemimpin negara-negara Barat dan Arab, mereka diminta untuk memenuhi tiga tuntutan pemuda Indonesia: kemerdekaan Indonesia, bersatunya bangsa Indonesia yang beragam menjadi satu kesatuan, dan melibatkan wakil Indonesia dalam pembicaraan perdamaian internasional.
Menurut "Buku Jauh di Mata Dekat di Hati", yang ditulis oleh Dubes A.M. Fachir, kaum muda dan pelajar Indonesia baru saja mendengar tentang kemerdekaan Indonesia pada awal September 1945.
Pemuda dan mahasiswa Indonesia di Mesir dengan cepat mendengar tentang kemerdekaan Indonesia.
Kemudian mereka membentuk Jam'iyyat Istiqlal Indonesia, yang juga dikenal sebagai Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia.
Jam'iyyat Istiqlal Indonesia adalah badan politik dari Perhimpunan Pemuda Indonesia dan Malaya (Perpindom).
Sekretariat Perkumpulan terletak di Helmia Jedida, Jalan Sikkat Syaburi, No. 12. M. Zein Hassan akhirnya ditunjuk sebagai ketua perkumpulan setelah dua kali berganti.
Mohammad Salahuddin Pasha, mantan Sekjen Kongres Pan Arab (yang kemudian berganti nama menjadi Liga Arab), diminta oleh organisasi untuk menjadi penasihat bidang hukum bagi Perkumpulan untuk memperkuat posisi dan tujuan organisasi.
Permintaan itu diterima dengan senang hati oleh Salahuddin Pasha. Menginformasikan kemerdekaan Indonesia kepada media Mesir adalah agenda utama Perkumpulan.
Pendekatan masisir terhadap para pejabat di Liga Arab dan tokoh-tokoh penting Mesir pada masa itu patut dipuji.
Gencar tidak hanya menghubungi media Mesir untuk menyiarkan tentang Indonesia, tetapi mereka juga menyurati para pemimpin negara-negara Arab dan Islam serta negara-negara Barat yang mungkin mengakui kemerdekaan Indonesia.
Pada 10 Oktober 1945, Bettinck van Schoonheten, Kuasa Usaha Belanda di Kairo, melaporkan aktivitas mereka kepada pemerintahnya di Den Haag.
Satu demi satu, orang-orang penting dari Mesir dan Liga Arab dilobi oleh masisir. Ini termasuk Saleh Harb Pasha, mantan Menteri Pertahanan Mesir, yang juga mendukung resolusi Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia yang meminta bangsa Arab mengakui kemerdekaan Indonesia pada Konferensi Arab Islam di Kairo pada 16 Oktober 1945.
Sekjen Liga Arab saat itu, Abdurrahman Azzam, berhasil meyakinkan Perdana Menteri Mesir, Mahmoud Fahmi Nokrasyi, untuk mendukung kemerdekaan Indonesia.
Awalnya Nokrasyi terkesan enggan dengan alasan jarak Indonesia jauh dengan Mesir, karena berada di Timur Jauh dekat Australia.
Meskipun demikian, Azzam dengan tegas menyatakan, "Yang Mulia, jarak antara kita dengan Indonesia bukan masalah. Menurut pendapat saya, Indonesia dan negara-negara Arab dapat menjalin hubungan yang kuat. Jika kita membantu Indonesia dalam perang melawan Belanda, saya yakin mereka tidak akan lupa saat mereka menjadi negara merdeka. Mereka pasti akan mengingat kebaikan kita ini dan akan membantu perjuangan kita melawan tentara Inggris dan membebaskan tanah Arab yang masih dikuasai oleh negara lain”.
Hasilnya, surat pemberitahuan dari Sekjen Liga Arab kepada Menteri Luar Negeri Mesir terkait hasil sidang Liga Arab pada 18 November 1946, memutuskan untuk merekomendasikan negara-negara anggota agar mengakui kemerdekaan Indonesia.
Singkat cerita, lobi-lobi masisir berbuah manis. Kemerdekaan Indonesia diakui oleh banyak negara Arab lainnya, antara lain Arab Saudi, Irak, Lebanon, Tunis, Aljazair, Yaman dan lainnya.
Masisir memainkan peran penting dalam mendukung kemerdekaan Indonesia. Saat ini, peran itu masih relevan dan perlu dipertahankan serta dikembangkan untuk mencapai Visi Indonesia Emas 2045.
“Indonesia merdeka bukan tujuan akhir kita. Indonesia merdeka hanya syarat untuk bisa mencapai kebahagiaan dan kemakmuran rakyat,” kata Bung Hatta, yang harus dipahami oleh generasi muda, termasuk para masisir.
Selain itu, saya percaya bahwa untuk kepentingan "Nusantara Baru, Indonesia Maju", semua orang dapat melakukannya.
/stori/read/2024/08/20/074524779/mesir-dan-peran-masisir-dukung-kemerdekaan-ri