KOMPAS.com - Frasa endosentris merupakan salah satu jenis frasa yang dilihat dari kesetaraan distribusi unsur-unsurnya.
Frasa sendiri memiliki arti kelompok kata yang tidak melebihi batas fungsi. Artinya, frasa tidak menduduki fungsi subyek, predikat, atau fungsi lainnya.
Dilansir dari buku Konsep Dasar Bahasa Indonesia (2020) kaya Nanda Saputra dan Mariana, frasa endosentris adalah frasa yang distribusi unsur-unsurnya setara dalam kalimat.
Pada fasa endosentris, kedudukan frasa dalam fungsi tertentu dapat digantikan oleh unsurnya.
Baca juga: Pengertian Fonem, Morfem, Kata, dan Frasa beserta Contohnya
Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu disebut unsur pusat. Dengan kata lain, frasa endosentris merupakan frasa yang memiliki unsur pusat.
Contoh:
Tiga orang pelajar sedang membaca buku di perpusatakan.
Pada kalimat di atas, 'tiga orang pelajar' masuk ke dalam frasa endosentris. Unsur tiga orang dan unsur pelajar memiliki distribusi yang sama. Sehingga, jika salah satu unsur dihilangkan tidak menjadi masalah karena keduanya bisa saling menggantikan, menjadi seperti:
Contoh lainnya:
Sejumlah mahasiswa berada di kelas
Kalimat tersebut tidak bisa jika hanya 'Sejumlah berada di kelas' karena kata mahasiswa adalah unsur pusat dari subyek. Sehingga 'Sejumlah mahasiswa' merupakan frasa endosentris.
Baca juga: Pengertian dan Macam-Macam Frasa
Dikutip dari buku Sintaksis (2008) karya Zaenal Arifin dan Junaiyah, frasa edosentris berinduk banyak terdiri atas beberapa komponen yang sederajat dalam fungsi dan kategori. Frasa ini terbagi menjadi frasa koordinatif dan apositif.
Berikut penjelasannya:
Frasa endosentris koordinatif adalah frasa edosentris berinduk banyak yang dapat dihubungkan dengan partikel, seperti dan, ke, atau, tetapi, ataupun konjungsi korelatif seperti baik..., maupun dan makin...
Contohnya:
Dari contoh di atas menandakan bahwa kata yang dapat digabungkan hanya kata yang berkategori sama, seperti merah-biru, tua-bermutu, suka-(tidak) suka, dan pagi-baik.
Jika tidak menggunakan partikel, gaungan itu disebut frasa parataktis, seperti tua muda, besar kecil, hilir mudik, keluar masuk, kaya miskin, makan minum, dan ibu bapak.
Baca juga: Frasa: Pengertian dan Kedudukannya dalam Kalimat
Frasa apositif merupakan frasa yang unsurnya bisa saling menggantikan dalam kalimat tetapi tidak dapat dihubungkan dengan kata dan atau.
Contohnya: