KOMPAS.com - Banyak orang menggunakan kata-kata beracun atau poisonous dalam bahasa Inggris ketika menggambarkan ular berbahaya.
Sebenarnya kata yang tepat adalah berbisa atau venomous dalam bahasa Inggris.
Dilansir dari Encyclopaedia Britannica, menurut ahli biologi, istilah berbisa digunakan pada organisme yang menggigit atau menyengat untuk menyuntikkan racunnya.
Sedangkan istilah beracun berlaku untuk organisme yang terdapat racun di seluruh tubuhnya sehingga tidak dapat dikonsumsi.
Artinya, sangat sedikit ular yang benar-benar beracun. Sebagian besar racun ular ditransfer melalui gigitan.
Kecuali ular garter (Thamnophis) yang kecil dan gigitannya tidak berbahaya tetapi beracun bila dimakan karena tubuhnya menyerap dan menyimpan racun mangsanya.
Bisa atau racun pada hewan ular sebenarnya adalah kelenjar ludah (saliva) yang termodifikasi.
Bisa ular terdiri dari bahan kimia dan enzim yang kandungannya 90 persen adalah protein. Bisa ular digolongkan dalam dua kelompok yaitu:
Neurotoksin berbahaya karena dampaknya melumpuhkan sistem saraf pusat, jantung dan pernafasan.
Terdapat pada ular kobra, ular mamba, ular laut, dan ular karang.
Hemotoksin berbahaya karena menyerang sistem sirkulasi darah dan sistem otot. Serta menyebabkan kerusakan jaringan, kelumpuhan permanen pada kemampuan gerak otot.
Terdapat pada keluarga ular Viperidae seperti ular derik (rattle snake), cottonmouth, dan lainnya.
Volume bisa yang masuk ke dalam tubuh manusia sangat bervariasi, tergantung jenis ular dan ukurannya.
Namun, jangan menilai ular dari ukuran tubuhnya, karena ular berbisa yang kecil sekalipun dapat membunuh manusia.
Secara mudahnya, begini perbedaan apakah ular beracun atau berbisa: