KOMPAS.com - Kepergian Paus Fransiskus untuk selamanya bukan hanya menandai akhir dari sebuah masa kepemimpinan spiritual di Gereja Katolik, tetapi juga menjadi awal dari serangkaian prosesi pemakaman yang dijalankan dengan khidmat.
Namun, berbeda dari tradisi sebelumnya, prosesi pemakaman Paus Fransiskus akan digelar dengan sederhana, mencerminkan kepribadiannya yang dikenal rendah hati dan menjunjung tinggi nilai kesederhanaan.
Paus Fransiskus dikenal luas sebagai sosok pemimpin gereja yang dekat dengan umat dan menolak kemewahan. Sikap itu pun terus dipegang teguhnya, bahkan hingga akhir hayat.
Baca juga:
Salah satu perubahan signifikan dalam prosesi pemakaman Paus Fransiskus adalah bentuk peti jenazah yang digunakan.
Bila sebelumnya para paus dimakamkan dalam tiga lapis peti—yakni peti kayu, peti timah, dan peti kayu ek—maka Paus Fransiskus memilih hanya satu peti kayu yang dilapisi seng.
Tak hanya itu, tradisi menempatkan jenazah paus di atas panggung khusus (catafalque) untuk pamer publik juga ditinggalkannya.
Sebagai gantinya, umat akan diberi kesempatan untuk memberikan penghormatan di Basilika Santo Petrus saat jenazah disemayamkan di dalam peti terbuka.
Baca juga: Deretan Selebritas yang Ikut Berduka atas Berpulangnya Paus Fransiskus
Saat wafatnya Paus Fransiskus telah dikonfirmasi oleh pejabat kesehatan Vatikan dan Camerlengo, Kardinal Kevin Joseph Farrell, jenazah akan segera dipindahkan ke kapel pribadinya.
Di sana, jenazah akan dikenakan jubah merah dan kasula putih—busana liturgis khas kepausan.
Sementara itu, cincin resmi Paus yang dikenal sebagai Fisherman’s Ring akan dihancurkan, sebagai simbol resmi berakhirnya masa jabatannya sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik.
Selanjutnya, para kardinal yang telah diundi akan membentuk panitia pemakaman dan masa berkabung. Tradisi menyebutkan bahwa masa berkabung biasanya berlangsung antara empat hingga enam hari.
Baca juga:
Jika tidak ada perubahan, misa pemakaman kemungkinan besar akan digelar sekitar tujuh hari setelah kabar wafat diumumkan ke publik.
Sama seperti pemakaman Paus Benediktus XVI pada 2023, jenazah akan disemayamkan dua hari setelah wafat, memberi kesempatan kepada umat, kepala negara, serta tamu-tamu internasional untuk memberikan penghormatan terakhir di Basilika Santo Petrus.
Ia memilih untuk tidak dimakamkan di dalam kompleks Vatikan seperti mayoritas pendahulunya. Sebaliknya, ia telah menyampaikan keinginannya untuk dimakamkan di Basilika Santa Maria Mayor.
Gereja yang bersejarah ini memang memiliki tempat khusus di hati Paus Fransiskus. Sejak awal masa kepausannya, ia kerap datang berdoa di sana, bahkan sebelum dan sesudah kunjungan-kunjungan pentingnya ke luar negeri.
Setelah masa berkabung berakhir, misa pemakaman akan dilaksanakan di Lapangan Santo Petrus. Para kardinal dari berbagai belahan dunia akan memimpin misa ini, dengan prosesi peti jenazah yang diawali oleh pembawa salib.
Baca juga: Paus Fransiskus: Biografi dan Warisan yang Meninggalkan Jejak
Sebelum peti dimakamkan, sebuah tradisi kuno Gereja Katolik akan kembali dijalankan. Sebuah kain sutra putih akan diletakkan di wajah jenazah Paus sebagai simbol perpisahan terakhir.
Di dalam peti, akan turut disimpan dokumen yang mencatat perjalanan hidup dan pencapaian Paus Fransiskus selama menjabat.
Kepergian Paus Fransiskus memang meninggalkan duka mendalam bagi umat Katolik di seluruh dunia.
Namun, kesederhanaan yang ia wariskan lewat prosesi pemakamannya juga menjadi cerminan nilai-nilai yang selama ini ia junjung tinggi: kerendahan hati, pelayanan, dan kasih yang tanpa pamrih.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Inas Rifqia Lainufar)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita ÓÅÓιú¼Ê.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.