优游国际

Baca berita tanpa iklan.

Dari Jawa ke Skotlandia, Kisah Batu Minto, Prasasti yang Teronggok 210 Tahun di Halaman Bangsawan Inggris

优游国际.com - 18/04/2025, 18:54 WIB
Rachmawati

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Sebuah batu prasasti abad ke-10 dari Jawa Timur tergeletak di taman keluarga bangsawan Inggris. Pada permukaan Batu Minto—disebut sebagai Prasasti Sangguran di Indonesia—terukir sejarah kerajaan, kutukan berdarah, sampai makanan abad ke-10: rujak dan dodol.

Mengapa benda bersejarah ini tak kunjung dipulangkan ke Indonesia?

Batu prasasti dari Jawa Timur berangka tahun 928 Masehi itu telah teronggok lebih dari 210 tahun di halaman kediaman keluarga bangsawan Inggris, Keluarga Minto, di perbatasan Skotlandia dan Inggris.

Pada Prasasti Sangguran itu terukir pahatan aksara Jawa Kuno berisi informasi sejarah penting tentang Kerajaan Mataram Kuno dan pergeseran pusat kerajaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, di bawah Mpu Sindok.

Baca juga:

Di antara baris-baris tulisan itu, terselip kutukan keras bagi siapa pun yang memindahkannya.

Kutukan ini, menurut sejumlah ilmuwan, seolah terbukti: dari Thomas Stamford Raffles—yang memerintahkan pengiriman prasasti ini untuk Lord Minto, Gubernur Jenderal India kala itu—hingga Colin Mackenzie—semuanya mengalami nasib buruk, sakit, atau meninggal dunia tak lama setelahnya.

Perdebatan soal pemulangan batu ini telah bergulir lebih dari dua dekade.

Sejumlah ilmuwan menyebut bahwa Prasasti Sangguran—sebutan resminya di Indonesia—seharusnya dipulangkan karena nilai sejarah, budaya, dan spiritualnya yang besar bagi masyarakat Jawa.

Di tanah asalnya, masyarakat adat Ngadat di sekitar Batu, Malang, menggelar upacara penghormatan setiap Agustus, sebagai bentuk penghargaan terhadap prasasti yang dianggap memiliki kekuatan sakral.

Namun sejarawan Britania, Peter Carey, menyebut prasasti itu kini "tidak dihargai sebagaimana mestinya", karena hanya diletakkan begitu saja di halaman walaupun memiliki nilai sejarah tinggi.

Baca juga:

Sementara seorang pejabat Indonesia yang pernah mengunjungi lokasi itu pada 2006 menyebut, "Warisan kita tak terawat, miring tak jelas di halaman."

Pemerintah Indonesia awal tahun ini menyatakan akan menggencarkan kembali upaya pemulangan prasasti setelah lebih dari 20 tahun belum membuahkan hasil.

Adapun pemilik prasasti sekaligus pewaris gelar Earl of Minto, Timothy Elliot-Murray-Kynynmound, menyatakan kepada BBC News Indonesia bahwa pihaknya "menyambut dengan senang hati setiap minat terhadap batu ini."

Namun Lord Minto menyebut bahwa "belum pernah ada pendekatan serius untuk memindahkan prasasti itu."

Lalu, mengapa prasasti ini tak juga kembali ke Malang, Jawa Timur, tempat asalnya?

Kutukan, jejak batu sampai rujak dan dodol

Dua mahasiswa Adam Bobbette di depan Batu Minto. Batu ini bukan sekadar artefak. Prasasti ini adalah naskah terbuka yang dibaca lintas generasi dan benua.Adam Bobbette via BBC Indonesia Dua mahasiswa Adam Bobbette di depan Batu Minto. Batu ini bukan sekadar artefak. Prasasti ini adalah naskah terbuka yang dibaca lintas generasi dan benua.
Di antara deretan aksara Jawa Kuno yang terukir di Prasasti Sangguran, terselip kalimat-kalimat yang tak biasa: sebuah kutukan, berisi peringatan berdarah:

"Potong hidungnya, belah kepalanya, sobek perutnya, cabut ususnya, makan dagingnya, minum darahnya, dan habisi dia tanpa ampun."

Tulisan atau kutukan sakral itu lazim digunakan dalam prasasti-prasasti abad ke-10 di Jawa untuk melindungi wilayah atau benda suci.

Menurut penelitian terbaru yang diterbitkan pada Juni 2024 oleh ilmuwan Arlo Griffiths, Wayan Jarrah Sastrawan, dan Eko Bastiawan, kutukan ini bukan hanya unsur budaya, tetapi bagian dari sistem hukum dan kekuasaan spiritual masa itu.

"Kutukan dalam prasasti seperti ini dimaksudkan untuk menjaga kesucian wilayah dan menjadi peringatan bagi siapa pun yang melanggar," tulis tiga ilmuwan dari Prancis, Australia dan Indonesia itu.

Baca juga: India Beri Hadiah Rp 16 M bagi yang Bisa Terjemahkan Prasasti Kuno Ini, Tertarik?

Mereka yang terlibat dalam pemindahan batu ini pun tak luput dari kejadian tragis.

Colin Mackenzie, pejabat militer yang mengawasi pengangkatan batu dari Jawa, meninggal dalam perjalanan sebelum sempat memajangnya.

Gubernur jenderal di Hindia Timur pada 1811 hingga 1816, Thomas Stamford Raffles yang memerintahkan pengiriman batu ke India untuk diberikan kepada Lord Minto kehilangan empat anak, istrinya meninggal di usia muda, dan ia sendiri meninggal karena stroke pada usia 45 tahun.

Raffles dimakamkan di St. Mary's Church, Hendon, London, namun makamnya sempat tidak ditemukan selama bertahun-tahun karena gereja itu direnovasi dan sempat terbakar. Baru belakangan diketahui bahwa jenazahnya memang dimakamkan di situ.

Saat meninggal, Raffles sedang berada dalam tekanan berat, secara keuangan maupun pribadi. Semua ini kerap dikaitkan dengan "kutukan" dalam cerita seputar Prasasti Sangguran.

Baca juga:

Bahkan Bupati Malang kala itu, Tumenggung Suradimanggala—yang konon mengizinkan pengambilan batu tersebut, dilaporkan meninggal tak lama setelah kejadian.

Nama Tumenggung Suradimanggala yang muncul dalam berbagai catatan kolonial juga disebut dalam arsip perjalanan Colin Mackenzie dan timnya saat berada di wilayah Malang pada 1812.

Kala itu, mereka melakukan survei dan inventarisasi artefak di bawah perintah Stamford Raffles.

Adam Bobbette, ahli geologi politik dari University of Glasgow, mengatakan di antara sekian banyak informasi yang terkandung dalam prasasti ini—tentang pajak, pemujaan dewa, hingga batas-batas wilayah suci—satu bagian yang menarik perhatian adalah menu makan malam.

Prasasti ini mencatat adanya pesta besar dan menu makanan rujak dan dodol termasuk di dalamnya.

Baca juga: Isi Prasasti Yupa, Prasasti Tertua di Indonesia Peninggalan Kerajaan Kutai

Prasasti Sangguran berdiri di halaman terbuka di Skotlandia, menghadap bukit. Batu dari Jawa Timur ini telah melewati dua abad musim hujan dan salju, jauh dari tanah asalnyaAdam Bobbette via BBC Indonesia Prasasti Sangguran berdiri di halaman terbuka di Skotlandia, menghadap bukit. Batu dari Jawa Timur ini telah melewati dua abad musim hujan dan salju, jauh dari tanah asalnya
Bagi Adam Bobbette, bagian ini adalah jendela kecil untuk memahami kebiasaan makan masyarakat Jawa abad ke-10.

"Ini menunjukkan ada yang tak berubah. Orang di abad ke-10 juga suka rujak dan dodol," kata Adam.

Bagi sejarawan Peter Carey, penempatan Prasasti Sangguran dan Prasasti Pucangan di Kalkuta—yang dikirim pada waktu yang bersamaan— "sangat tidak layak".

"Yang satu [Prasasti Sangguran] di taman terbuka, cuaca Skotlandia itu keras, hujan es, angin, lembap. Yang satu lagi [Prasasti Pucangan] di gudang [yang] bocor di Kalkuta. Ini prasasti sejarah besar, bukan batu biasa." kata Peter menekankan alasan lain pemulangan prasasti ini.

Dari lereng Gunung Arjuno ke pekarangan keluarga Minto
Menurut Adam Bobbette, pengambilan Prasasti Sangguran harus dilihat dalam konteks ambisi kolonial Inggris di abad ke-19.

Baca juga: 10 Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Halaman:


Terkini Lainnya

Harga Emas Hari Ini 22 April 2025: Antam, UBS, dan Galeri 24 Kompak Tembus Rp 2 Juta Per Gram

Harga Emas Hari Ini 22 April 2025: Antam, UBS, dan Galeri 24 Kompak Tembus Rp 2 Juta Per Gram

Jawa Tengah
Pendaftaran UM-PTKIN 2025 Resmi Dibuka Hari Ini, Ini Link dan Syarat Lengkapnya

Pendaftaran UM-PTKIN 2025 Resmi Dibuka Hari Ini, Ini Link dan Syarat Lengkapnya

Jawa Barat
Harga Emas Hari Ini 22 April 2025: Emas Antam, UBS, dan Galeri24 Kompak Naik

Harga Emas Hari Ini 22 April 2025: Emas Antam, UBS, dan Galeri24 Kompak Naik

Jawa Barat
Proses Pengganti Paus Fransiskus, UKAJ: Tidak Ada Rebutan Kekuasaan

Proses Pengganti Paus Fransiskus, UKAJ: Tidak Ada Rebutan Kekuasaan

Jawa Timur
Banjir Besar Lampung Akibatkan 3 Korban Tewas, Diduga karena Tembok Pelindo Tutup Aliran Air

Banjir Besar Lampung Akibatkan 3 Korban Tewas, Diduga karena Tembok Pelindo Tutup Aliran Air

Sumatera Utara
Kisah Pilu Soesalit Djojoadhiningrat, Anak RA Kartini yang Dituduh Terlibat Pemberontakan PKI Madiun

Kisah Pilu Soesalit Djojoadhiningrat, Anak RA Kartini yang Dituduh Terlibat Pemberontakan PKI Madiun

Kalimantan Timur
Harga Emas Hari Ini 22 April 2025 di Pegadaian: Antam dan UBS Capai Rp 2 Juta-an Per Gram 聽

Harga Emas Hari Ini 22 April 2025 di Pegadaian: Antam dan UBS Capai Rp 2 Juta-an Per Gram 聽

Sulawesi Selatan
Jejak Asal-usul Pemain Sirkus OCI Dipertanyakan, Komnas HAM Desak Penyelesaian Hukum

Jejak Asal-usul Pemain Sirkus OCI Dipertanyakan, Komnas HAM Desak Penyelesaian Hukum

Jawa Barat
Mengenal Sosrokartono, Kakak RA Kartini yang Dijuluki Si Jenius dari Timur

Mengenal Sosrokartono, Kakak RA Kartini yang Dijuluki Si Jenius dari Timur

Jawa Tengah
Setelah Paus Fransiskus Tiada, Begini Proses Pemilihan Paus Baru Lewat Konklaf

Setelah Paus Fransiskus Tiada, Begini Proses Pemilihan Paus Baru Lewat Konklaf

Sumatera Utara
Kolonel TNI AL Tipu Dua Warga Batam Modus Investasi Fiktif Rp 7,7 M, Dipecat dan Divonis 27 Bulan

Kolonel TNI AL Tipu Dua Warga Batam Modus Investasi Fiktif Rp 7,7 M, Dipecat dan Divonis 27 Bulan

Sumatera Utara
Pesan Terakhir Paus Fransiskus tentang Gaza: Tidak Ada Perdamaian Tanpa Kebebasan Beragama

Pesan Terakhir Paus Fransiskus tentang Gaza: Tidak Ada Perdamaian Tanpa Kebebasan Beragama

Kalimantan Timur
Paus Fransiskus Meninggal Dunia karena Sakit Apa? Ini Penjelasan Vatikan

Paus Fransiskus Meninggal Dunia karena Sakit Apa? Ini Penjelasan Vatikan

Kalimantan Timur
DPRD Jatim Soroti Pelanggaran Hak Pekerja di Surabaya, Termasuk Hak Beribadah

DPRD Jatim Soroti Pelanggaran Hak Pekerja di Surabaya, Termasuk Hak Beribadah

Jawa Timur
Sebelum Meninggal, Paus Fransiskus Sampaikan Pesan Terakhir untuk Gaza

Sebelum Meninggal, Paus Fransiskus Sampaikan Pesan Terakhir untuk Gaza

Jawa Tengah
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau