KOMPAS.com – Dedi Mulyadi terpilih sebagai Gubernur Jawa Barat usai memenangkan kontestasi Pilgub Jabar dengan raihan suara 62,22 persen atau 14.130.192 suara.
Pria yang akan dilantik sebagai Gubernur Jabar 2025-2030 pada 20 Februari 2025 ini memiliki perjalanan panjang di dunia politik.
Mulai dari anggota DPRD Purwakarta, Wakil Bupati Purwakarta, Bupati Purwakarta dua periode, hingga anggota DPR RI. Berikut profil Dedi Mulyadi:
Lahir dari keluarga sederhana di Subang pada 11 April 1971, Dedi kecil pernah bersusah payah hanya untuk bisa makan.
Baca juga: Dedi Mulyadi Ungkap “Kebohongan” Transparansi Anggaran: Akal-akalan
Ayah Dedi, Ahmad Suryana, adalah purnawirawan tentara dengan pangkat terakhir prajurit kader. Sang ayah hanya bisa berkarya di kemiliteran sampai usia 28 tahun karena sakit, diduga diracun mata-mata Belanda.
Suryana kemudian bekerja di perkebunan, itu pun tak lama karena ia tak ingin bersekongkol menjual pupuk secara ilegal.
Sejak saat itu, ibu Dedi, Karsiti, yang mengambil alih tanggung jawab mencari nafkah. Dari mulai jadi kuli tandur sampai nyangkul.
Dedi kecil terbiasa makan sederhana. Ikan asin adalah menu istimewa yang hanya bisa dinikmati pada tanggal 1-5 kalender muda. Selebihnya ia akan kembali makan dengan garam.
“Garam dikasih bawang, terus disimpan di toples. Makanan ini yang dibagikan pada sembilan anak. Terkadang malam hari saya diajak cari belalang untuk teman nasi,” tuturnya kepada 优游国际.com.
Baca juga: Dedi Mulyadi Bongkar Penyebab Ormas Menjamur dan Ganggu Industri di Jabar
Karena itulah untuk jajan, Dedi kecil harus bekerja keras. Misal, jika ingin es mambo, maka ia akan jualan es mambo terlebih dulu sebanyak satu termos es.
“Dulu ke Mang Rozak, biar dapat 5 es harus jualan 50 es mambo dulu. Jualannya laku. Terus saya berpikir sayang kalau sisa 5 es saya makan. Akhirnya saya jual juga. Jadi saya tetap tidak makan es,” ucap Dedi sambil tertawa.
Begitu pun saat ia ingin bermain layang-layang, ia akan jualan layang-layang. Namun uang hasil jualan ia serahkan kepada Ibunya.
Di luar jualan tersebut, Dedi mendapatkan uang dari penjualan kayu bakar yang dia kumpulkan sepulang sekolah. Bahkan ia pun menjadi kuli pikul batu bata demi bisa mendapatkan baju baru untuk lebaran.
“Satu batu bata dibayar 1 perak. Saya kuat angkut 10 biji. Ngangkutnya sekitar 5 kilometer dari hutan. Uangnya ini buat beli baju,” kenang dia.