WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Kunjungan Presiden China Xi Jinping ke tiga negara di Asia Tenggara, yakni Vietnam, Malaysia, dan Kamboja, menuai komentar pedas dari komentator politik konservatif Amerika Serikat (AS), Bill O’Reilly.
Dalam video yang diunggah ke kanal YouTube miliknya pada Selasa (15/4/2025), O’Reilly secara blak-blakan meremehkan kemampuan ekonomi negara-negara Asia Tenggara.
Ia menyatakan bahwa rakyat di Vietnam, Malaysia, dan Kamboja “tidak punya uang” untuk membeli produk China.
Baca juga: Di Tengah Perang Dagang dengan AS, Presiden China Akan Kunjungi Asia Tenggara
“Presiden Xi, izinkan saya beri tahu. Orang-orang di sana tak punya uang. Mereka tidak bisa membantumu, mereka tidak akan beli barang-barangmu,” ujar O’Reilly.
Ia juga menyindir Xi Jinping dengan menyebut bahwa kunjungan ini bisa menjadi upaya untuk menyelundupkan produk China dengan label negara lain demi menghindari tarif impor tinggi dari AS.
“Mungkin dia mau selundupkan barang-barang China lewat label Vietnam, tetapi itu mudah ketahuan. Kalau China kehilangan pasar AS, habis sudah,” tambahnya sambil tertawa.
Dalam pernyataannya itu, O’Reilly membanggakan AS yang menurutnya memiliki perekonomian sangat kuat dan daya beli tinggi, bukan negara-negara Asia Tenggara.
“Karena kami (AS) punya uang, kami membeli barang-barang itu. Orang Melayu tidak akan membeli barang-barang Anda. Mereka tidak punya uang,” imbuhnya.
Komentar O’Reilly ini muncul di tengah ketegangan perang dagang antara China dan AS, menyusul kebijakan tarif baru yang diberlakukan Presiden Donald Trump terhadap produk China hingga 245 persen.
Sebagai respons, Presiden Xi Jinping melakukan lawatan diplomatik ke tiga negara Asia Tenggara untuk memperkuat hubungan dagang dan mencari pasar alternatif.
Xi memulai kunjungannya dari Vietnam pada 14–15 April 2025, disambut Presiden Luong Cuong.
Baca juga:
Di sana, kedua negara menandatangani sejumlah perjanjian kerja sama strategis.
Selanjutnya, Xi bertolak ke Malaysia pada 15–17 April untuk memperkuat hubungan dagang dan investasi, khususnya dalam proyek-proyek inisiatif Jalur Sutra Baru (Belt and Road Initiative).
Pria berusia 71 tahun ini mengakhiri perjalanannya di Kamboja pada 17 April, salah satu sekutu terdekat China di Asia Tenggara.
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyebut komentar O'Reilly sebagai pernyataan yang arogan dan bodoh.
Anwar, yang juga Menteri Keuangan, mengatakan bahwa komentar itu mencerminkan kurangnya pemahaman O'Reilly tentang realitas terkini di Asia Tenggara.
"Ini adalah tampilan yang jelas dari kesombongan ekstrem oleh individu yang pada kenyataannya, kurang informasi, bodoh, dan yang percaya bahwa hanya kelompok atau bangsa mereka yang berhasil," ujarnya.
Baca juga: Presiden China Xi Jinping ke Malaysia, Lanjutkan Tur Asia Tenggara
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.