SYDNEY, KOMPAS.com - Orang-orang yang bergembira akan mengucapkan selamat tinggal pada tahun terpanas dalam catatan sejarah pada Minggu (31/12/2023).
Di Sydney, yang memproklamirkan diri sebagai "ibu kota Tahun Baru dunia", lebih dari satu juta orang diperkirakan akan memadati tepi pantai kota ini meski cuaca sedang tidak seperti biasanya.
Delapan ton kembang api di kota ini akan menyambut kehadiran 2024, tahun yang bakal menghadirkan pemilihan umum di sejumlah negara dan Olimpiade musim panas di Paris, Perancis.
Baca juga: 5 Pemilu pada 2024 yang Dapat Berpengaruh Besar bagi Dunia
Sementara itu, pada tahun ini, India tercatat melampaui China sebagai negara dengan populasi terpadat di dunia, dan kemudian menjadi negara pertama yang mendaratkan roket di sisi gelap bulan.
Tahun 2023 juga menjadi tahun terpanas sejak pencatatan dimulai pada 1880, dengan serentetan bencana yang dipicu oleh iklim yang melanda mulai dari Australia hingga Tanduk Afrika dan lembah Amazon.
Di dunia hiburan, para penggemar harus dibuat rela untuk mengucapkan selamat tinggal selamanya kepada "Ratu Rock 'n' Roll" Tina Turner, aktor "Friends" Matthew Perry, pencipta lagu Anglo-Irlandia yang sangat terkenal, Shane MacGowan, dan penulis novel distopia Cormac McCarthy.
Dan, mungkin lebih dari segalanya, tahun 2023 akan dikenang sebagai tahun mengerikan bagi Jalur Gaza. Israel menyerang kantong Palestina tersebut sebagai pembalasan atas serbuan Hamas pada 7 Oktober.
Baca juga: Jumlah Korban Tewas di Gaza Tembus 21.507 Orang, Fasilitas PBB Turut Diserang Israel
Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan bahwa hampir 2 juta penduduk Gaza telah mengungsi sejak serangan Israel dimulai. Jumlah itu adalah 85 persen dari populasi Gaza di masa damai.
Dengan lingkungan Kota Gaza yang dulunya ramai menjadi puing-puing, hanya ada sedikit tempat yang tersisa untuk menandai tahun baru dan lebih sedikit orang yang dicintai untuk merayakannya.
"Itu adalah tahun yang kelam dan penuh dengan tragedi," kata Abed Akkawi, yang mengungsi dari kota itu bersama istri dan ketiga anaknya.
Pria berusia 37 tahun yang kini tinggal di tempat penampungan PBB di Rafah, Gaza selatan, itu mengatakan perang telah melenyapkan rumahnya dan menewaskan saudara laki-lakinya.
Namun, ia tetap memiliki harapan sederhana untuk tahun 2024.
"Insya Allah perang ini akan berakhir, tahun baru akan menjadi tahun yang lebih baik, dan kami akan dapat kembali ke rumah kami dan membangunnya kembali, atau bahkan tinggal di tenda di atas reruntuhan," katanya kepada AFP.
Di Ukraina, di mana invasi Rusia memasuki tahun kedua, ada perlawanan dan harapan dalam menghadapi serangan baru dari Moskwa.
Baca juga: Rusia Hadapi Serangan Ukraina Paling Mematikan, 21 Orang Tewas di Belgorod
"Kemenangan! Kami menantikannya dan percaya bahwa Ukraina akan menang," kata Tetiana Shostka saat sirene serangan udara meraung-raung di Kyiv.