KHERSON, KOMPAS.com - Otoritas penduduk Rusia di kota selatan Ukraina Kherson menunda apa yang disebut referendum untuk bergabung dengan Rusia, dengan alasan keamanan.
"Ini sedang dihentikan karena situasi keamanan," kata Kirill Stremousov, wakil kepala administrasi yang ditunjuk Rusia di sana sebagaimana dilansir BBC.
Dia mengatakan penembakan berat Ukraina telah membuat jembatan utama Kherson tidak bisa dilewati.
Baca juga: Peretas Ukraina Disebut Buat Banyak Akun Palsu, Tentara Rusia Tergoda dan Bagikan Info Rahasia
Ukraina dan sekutu Baratnya mengecam rencana referendum di Kherson dan daerah lain sebagai ilegal.
Sementara itu, Ukraina mengatakan pasukannya telah merebut kembali Vysokopillya, sebuah kota kecil sekitar 167km (104 mil) utara dari pusat Kherson.
Keuntungan itu, yang tidak diverifikasi secara independen oleh BBCadalah bagian dari serangan balasan di selatan yang diluncurkan oleh tentara Ukraina pekan lalu.
Sebuah foto menunjukkan tentara tampaknya mengibarkan bendera Ukraina di atas kota, yang memiliki hampir 4.000 penduduk sebelum perang.
Gambar tersebut diunggah di Facebook oleh Kyrylo Tymoshenko, wakil kepala kantor Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Keterangan fotonya mengatakan: "Vysokopillya, Wilayah Kherson. Ukraina. Hari ini."
Presiden Zelensky mengatakan pasukan Ukraina merebut kembali dua "pusat populasi" di selatan, tetapi tidak menyebutkan nama mereka.
Rusia telah merencanakan referendum di Kherson dan wilayah Zaporizhzhia selatan, yang sebagian besar dikuasainya.
Berbicara di TV pemerintah Rusia, Stremousov mengatakan penembakan Ukraina telah merusak Jembatan Antonovskiy Kherson sedemikian rupa sehingga kendaraan tidak bisa lagi melintasinya.
Dia mengatakan tongkang yang mengangkut warga sipil melintasi sungai Dnieper (Dnipro) juga diserang Ukraina, begitu pula infrastruktur kota.
Rusia mengandalkan jembatan untuk membawa pasukan dan perangkat keras masuk dan keluar dari Kherson.
Ukraina, sementara itu, telah mengerahkan beberapa peluncur roket Himars buatan AS dalam upayanya untuk mendorong pasukan Putin keluar dari kota - yang pertama jatuh ke tangan mereka setelah serangan Rusia ke Ukraina pada 24 Februari.
Baca juga: Pasukan Ukraina Rebut 2 Permukiman di Selatan dalam Serangan Baliknya