GAZA, KOMPAS.com - Israel menegaskan, tidak akan menghentikan operasi militernya di Gaza hingga semua sandera yang ditahan Hamas dibebaskan.
Pernyataan ini disampaikan setelah Israel melakukan serangan udara paling intens sejak gencatan senjata berakhir.
Menurut laporan kantor berita AFP, Selasa (18/3/2025), serangan tersebut telah menewaskan lebih dari 330 orang, yang mayoritas merupakan perempuan dan anak-anak.
Dalam hal ini, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyalahkan Hamas atas berlanjutnya konflik, dengan menuduh kelompok tersebut menolak semua proposal pembebasan sandera yang diajukan oleh utusan Amerika Serikat (AS) dan para mediator lainnya.
"Israel akan terus bertindak dengan kekuatan militer yang semakin besar terhadap Hamas. Kami tidak akan berhenti berperang sampai semua sandera kembali ke rumah dan semua tujuan perang kami tercapai," ujar Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz.
Sementara itu, Hamas mengecam keputusan Israel untuk melanjutkan perang dan menyebutnya sebagai hukuman mati bagi para sandera.
Hamas juga menuding Netanyahu menggunakan konflik ini untuk kepentingan politiknya sendiri.
Situasi Gaza makin buruk
Dalam serangan yang berlangsung Selasa pagi, militer Israel menargetkan berbagai lokasi di Jalur Gaza.
Di Khan Yunis, warga sipil menjadi korban. Rekaman dari lokasi menunjukkan anak-anak dan perempuan terluka dibawa ke rumah sakit.
"Mereka kembali menghujani Gaza dengan api. Tubuh orang-orang berserakan di tanah, dan tidak ada cukup dokter untuk menangani korban," kata Ramez Alammarin, seorang saksi mata.
Seorang warga lainnya, Mohammed Jarghoun, yang tinggal di tenda dekat rumahnya yang hancur, mengatakan bahwa serangan itu sangat dahsyat hingga ia mengira dirinya bermimpi.
"Lebih dari 20 orang di sekitar saya terluka, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan," ujarnya.
Israel berkonsultasi dengan AS
Gedung Putih mengonfirmasi bahwa Israel berkonsultasi dengan pemerintahan Presiden Donald Trump sebelum melancarkan serangan udara tersebut.
Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt menegaskan bahwa Hamas, Houthi, Iran, dan semua pihak yang mengancam Israel dan AS akan menghadapi konsekuensi besar.
Sebelumnya, utusan AS Steve Witkoff mengusulkan proposal penjembatan, yaitu lima sandera Israel, termasuk warga negara Israel-AS Edan Alexander, akan dibebaskan dengan imbalan pelepasan sebagian besar tahanan Palestina di penjara Israel.
Namun, Hamas menolak proposal tersebut, membuat negosiasi kembali buntu.
Sejak gencatan senjata pertama pada Januari, perundingan terus berlarut tanpa kesepakatan konkret.
Israel ingin memperpanjang gencatan senjata hingga pertengahan April dengan syarat Hamas sepenuhnya dilucuti dan dikeluarkan dari Gaza.
Di sisi lain, Hamas menuntut penghentian total operasi militer Israel serta penarikan pasukan dari wilayah tersebut.
Dengan kebuntuan ini, Israel terus memutus pasokan listrik dan bantuan ke Gaza, yang semakin memperburuk situasi dan perundingan.
/global/read/2025/03/18/145336970/israel-bakal-terus-serang-gaza-usai-gencatan-senjata-berakhir