KOMPAS.com - Soto merupakan hidangan berkuah panas yang dikenal luas sebagai makanan khas Indonesia.
Banyak teori terkait asal usul soto. Sebagian mengatakan bahwa soto termasuk makanan asli Indonesia, sedangkan sumber lainnya menyebut bahwa sajian kaya rempah ini dipengaruhi oleh masakan peranakan Tionghoa.
"Ada yang mengatakan dengan teori masuk akal bahwa soto adalah makanan Indonesia yang berasal dari pengaruh peranakan Tionghoa yang bermula pada abad ke-19," ujar Fadly Rahman, sejarawan kuliner Indonesia saat dihubungi 优游国际.com.
Fadly menuturkan, kata soto merupakan serapan dari kata jao to atau cau to yang berarti makanan berkuah menurut bahasa peranakan Tionghoa.
Baca juga:
Kuah yang umum digunakan dalam soto terbuat dari kaldu daging. Kuah ini kemudian disajikan bersama babat atau jeroan.
"Saat itu yang banyak didagangkan adalah bahan bakunya jeroan," tuturnya.
Penggunaan babat atau jeroan memperkuat anggapan bahwa soto mendapat pengaruh dari peranakan Tionghoa.
Menurut anekdot populer mengenai kuliner Kanton, mayoritas orang Kanton akan menyantap makanan apa saja, termasuk babat atau jeroan.
"Ada anekdot yang mengatakan bahwa orang-orang kanton itu, apapun (dimakan). Hewan berkaki dua atau berkaki empat itu dimakan, bahkan meja sekalipun dimakan, itu leluconnya," jelas Fadly.
Baca juga: