KOMPAS.com – Salah satu tradisi masyarakat Betawi untuk merayakan Lebaran adalah tradisi rantangan.
Dalam tradisi ini, masyarakat akan saling mengunjungi kerabat dan keluarga sambil membawa aneka makanan khas Betawi yang dikemas dalam rantang.
“Tradisi ini sudah lama betul, sebetulnya sebelum Islam juga sudah ada tradisi begitu,” kata Budayawan Betawi Yahya Andi Saputra ketika dihubungi 优游国际.com, Kamis (6/5/2021).
Masyarakat Betawi biasa membawa aneka jenis makanan tradisional Betawi.
Ada dodol, tape uli, rengginang, manisan buah, ketupat, semur daging, sayur godog, rangkambang, dan lainnya.
Baca juga: Mengenal Budaya Kuliner Betawi, dari Istilah Penting sampai Sajian Lebaran
Tradisi ini dilakukan untuk menjaga tali silaturahmi antar keluarga dan kerabat. Makanan yang dibawa dalam rantang pun memiliki simbol-simbol tersendiri.
Makanan yang diberikan merupakan simbol kekuatan persaudaraan, hingga simbol rasa sayang, rasa hormat, dan rasa terima kasih.
Sayangnya, tradisi ini dianggap sudah tergerus zaman. Sejak 1980-an, kata Yahya, banyak masyarakat Betawi yang perlahan tidak lagi melakukan tradisi rantangan ini.
Menurutnya, tradisi ini mulai tergerus salah satunya karena wadah bambu dan juga rantang yang digunakan sebagai wadah rantangan dianggap mulai langka.
Sehingga masyarakat Betawi pun mulai malas melakukan tradisi rantangan ini setiap Lebaran.
“Saya lihat setiap keluarga di tahun '80-an, rantangnya sudah pada penyok dan rusak,” imbuh Yahya.