Pendidikan tidak hanya soal capaian ekonomi dan sosial para alumni sekolah dan perguruan tinggi. Pendidikan bukan soal penghasilan per bulan dan serapan tenaga kerja secara lokal dan nasional.
Pendidikan jauh lebih penting dari itu, karena pendidikan menyangkut nasib bangsa dan manusia. Terlalu sedikit yang membicarakannya dan tertarik.
Selama ini kita memahami pendidikan berkait langsung dengan pasar kerja. Tuntutan globalisasi dan perkembangan teknologi membuat sempitnya kesempatan kerja.
Kompetisi pasar dan kompetisi tenaga manusia dengan teknologi buatan manusia sendiri. Tenaga manusia dengan mudah bisa digantikan dengan mesin, teknologi dan akhir-akhir ini AI (artificial intelligence) sudah marak.
Buatan manusia ini dengan mudah menggantikan peran manusia dalam merancang konsep dan mengurutkan gagasan.
AI bisa menulis dan membuat power point presentasi dengan jauh lebih efektif dan murah. AI juga menyediakan sarana untuk menulis artikel, skripsi, tesis, dan disertasi.
AI bisa membuat rancangan rencana kerja, menganalisis data, dan menjawab kebutuhan-kebutuhan intelektual, managerial, dan rancangan pemasaran.
Para pemimpin kita perlu mengurai rencana pendidikan secara jelas dan mencerdaskan warga yang akan memilihnya. Pendidikan nasional, pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi akan dibawa kemana? Pendidikan itu penting bagi bangsa dan manusia.
Dalam lima tahun terakhir, kita belum banyak menyingung pendidikan untuk menyongsong 2045. Sepertinya saatnya menyinggung itu di depan publik.
Investasi tak terlihat ini akan betul-betul membawa bangsa ini menjawab tantangan zamannya. Rumus kuno tetap berlaku: pendidikan bagi semua.
Kebijakan filsafat China kuno sudah mengingatkan tentang manfaat jangka panjang pendidikan.
Kata pepatahnya, jika ingin investasi jangka panjang, hendaknya tanam pohon besar dengan kayu keras.
Sedangkan investasi jangka semusim adalah menanam padi atau gandum. Padi akan menjamin lumbung dan makanan dalam setahun.
Sedangkan tanaman pohon keras membutuhkan waktu paling tidak lima tahun, dan yang menanam belum tentu mempunyai kesempatan berteduh di bawahnya.
Pohon besar membutuhkan kesabaran menunggu dalam jangka puluhan, bahkan ratusan tahun.
Pohon besar tidak instan dan tidak bisa ditentukan waktunya seperti pohon-pohon di hutan Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Yang menanam pohon pendidikan bisa jadi tidak bisa mencicipi buah, apalagi menebang kayunya untuk bangunan atau rumah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.