优游国际

Baca berita tanpa iklan.
Salin Artikel

Cerita UTBK SNBT 2025: Berangkat Subuh, Soal Matematika Paling Susah

KOMPAS.com - Ujian Tertulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK SNBT) 2025 sudah berlangsung sejak Rabu (23/4/2025).

Pelaksanaan UTBK SNBT 2025 akan terus berjalan sampai dengan Rabu pekan depan atau tepatnya (30/4/2025) di 74 pusat UTBK SNBT yang tersebar di perguruan tinggi negeri (PTN) seluruh Indonesia.

Dalam pelaksanaan UTBK SNBT tahun ini juga ada beberapa hal menarik perhatian dari mulai banyaknya para calon mahasiswa yang berangkat sejak subuh hingga orangtua yang berbondong-bondong mengantar anaknya ujian.

Di pusat UTBK SNBT 2025 yang 优游国际.com datangi yakni di Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat juga terdapat beberapa kisah menarik dalam pelaksanaan UTBK.

Berikut sederet kisah menarik dalam pelaksanaan UTBK SNBT 2025:

1. Bersangkat sejak subuh

Salah satu orangtua siswa, Deny (54) mengatakan, dirinya bersama istri mengantarkan anaknya, Azzura (18) yang ingin ikut UTBK SNBT 2025 di UI.

Mereka berangkat dari rumahnya di kawasan Halim Perdanakusuma sejak Subuh.

Deny bersama istrinya berharap anaknya dapat menyelesaikan UTBK SNBT dengan lancar.

“Yang pasti, seluruh orangtua berharap UTBK ini yang merupakan penentuan masuk universitas yang diharapkan bisa dilalui dengan lancar. Kita hanya berdoa setelah sudah belajar. Kami sebagai orangtua support dan harapannya bisa lulus,” ujar Deny saat ditemui 优游国际.com, Rabu pagi.

Deny mengatakan, dirinya bersama istri turut mengantarkan untuk memberikan dukungan untuk sang buah hati tercinta. Ia datang ke UI menggunakan mobil.

2. Sengaja cuti

Ita (53) ia rela cuti untuk bisa menemani anaknya yang mengikuti UTBK SNBT 2025 di UI karena merasa bersalah tidak banyak meluangkan waktu untuk menemani anaknya selama ini.

Ditambah jatah cuti tahunnya juga masih tersisa banyak sehingga ia memilih untuk mengambil cuti dan menemani anaknya.

"Ini aja lebih pada perasaan bersalah saya dari kecil dia banyak saya tinggal (bekerja)," kata Ita saat ditemui 优游国际.com di Fakultas Ilmu Komputer UI, Depok, Kamis (24/4/2025).

Mengetahui ibunya ikut mengantar, Ita melihat paras wajah anaknya sangat senang. Tidak hanya ibunya, tetapi ayahnya juga ikut mengantar meski harus pergi lebih dahulu karena harus pergi berjualan.

Ita bercerita, bahwa ia banyak merasa bersalah karena sebagai ibu ia harusnya bisa lebih meluangkan waktu untuk anaknya.

Namun karena harus bekerja, anaknya lebih banyak menghabiskan waktu dengan neneknya.

"Di rumah sama neneknya," ujarnya.

Meski bekerja, Ita tetap berupaya agar anaknya tetap mendapat perhatian dalam proses mengikuti UTBK ini mulai dari segala macam keperluannya seperti kartu ujian.

Kemudian pakaiannya, jam tidur, jam istirahat, tata tertib pelaksanaan UTBK hingga makanan yang dimakan menjelang pelaksanaan UTBK.

"Makanannya juga harus diperhatikan," ungkapnya.

Selain itu, Ita juga melakukan survei lokasi pada dua minggu sebelum UTBK SNBT 2025 digelar hari ini. Sebab, menurut Ita, akan sulit jika peserta UTBK SNBT tidak melakukan survei sebelum pelaksanaan UTBK.

"Sulit ya kalau tidak survei, karena tempatnya luas banget," tutur Ita. Ita menuturkan, sulit kalau orangtua atau siswa tidak survei dan memilih datang lebih pagi saja untuk mencari ruangan.

"Kalau pas pagi-pagi ada yang bisa ditanyain gedung atau ruangannya di mana. Kalau tidak kan akan repot, takut anak jadi telat juga," lanjut dia.

Ita mengatakan, walau ia memberikan perhatian, Ita tetap memberikan kepercayaan penuh pada anaknya yang ingin ikut UTBK.

Ia juga berusaha untuk tidak memaksakan kehendak akademis pada anaknya dan membiarkan anaknya memilih jalan pendidikan yang diinginkan.

"Kita orangtua hanya mengarahkan saja," pungkas Ita.

3. Cerita disabilitas

Sebanyak 76 calon mahasiswa disabilitas mengikuti UTBK SNBT 2025 di UI, Depok, Jawa Barat, Kamis (24/4/2025).

Dari jumlah tersebut sebanyak 12 orangnya adalah penyandang disabilitas tuna netra. Salah satu di antaranya adalah Ridho yang merupakan siswa Sekolah Khusus Islam Yafrid, Tangerang Selatan.

Ridho mengatakan, proses ujian UTBK SNBT 2025 yang ia jalani berlangsung dengan baik. Mulai dari mengerjakan soal hingga fasilitas bagi peserta disabilitas.

"Dalam proses pengerjaan soalnya cukup bagus. Terus dari sistem aplikasi untuk UTBK juga lancar. Enggak ada kendala apa-apa," kata Ridho di Fakultas Ilmu Komputer UI, Kamis (24/4/2025).

Kendati demikian, Ridho sempat sedikit mengalami kendala dalam mengerjakan soal penalaran kuantitatif (PK) yang ia nilai sebagai materi tersulit.

Selain PK, Ridho juga sedikit mengalami kesulitan dalam menjalani mengerjakan soal Penalaran Matematika (PM) namun berhasil ia selesaikan dengan baik.

"PM itu lumayan sih, cuman masih bisa di handle sedikit-sedikit," ujarnya.

Ridho mengatakan, sebelum ikut UTBK SNBT 2025 ia susah melakukan persiapan selama kurang lebih satu bulan untuk ikut UTBK SNBT 2025.

Dalam satu bulan itu, Ridho belajar giat melalui platform belajar khusus disabilitas netra yakni Schooling.

"Jadi disitu ada latihan-latihan soal, terus ada simulasi UTBK juga. Jadi enggak terlalu asing. Jadi kita ngadepin UTBK itu udah ada persiapan gitu, kosong-kosong banget," ujarnya.

Senada dengan Ridho, Amelia calon mahasiswa disabilitas netra dari SKH Yafrid juga merasa kesulitan dalam mengerjakan soal-soal PK. Ditambah lagi dengan waktu yang terbatas untuk mengerjakan soal-soal tersebut membuat Amel menjadi semakin tertantang menyelesaikan ujian tersebut.

"Waktunya sih kita harus cepat, harus on time terus sih. Soalnya kalau misalnya ini terlambat dikit aja waktunya udah hilang soalnya," ungkap Amel.

Oleh karena itu, Amel menyarankan agar calon mahasiswa tuna netra yang akan ikut UTBK SNBT 2025 bisa lebih memperhatikan waktu pengerjaan soal.

Sehingga semua jenis soal bisa selesai dijawab tepat waktu. Demikian juga dengan latihan soal juga menurut Amel tidak kalah penting untuk terus dilakukan oleh calon mahasiswa yang ingin ikut UTBK SNBT 2025.

"Saran dari saya sih sebelum mengikuti UTBK harus latihan dulu biar nanti pas di UTBK-nya itu enggak kosong-kosong banget udah pernah baca soalnya," pungkas Amelia.

4. Materi paling sulit

Hal menarik lainnya pada UTBK SNBT 2025 adalah materi Penalaran Matematika (PM) dinilai menjadi materi paling sulit.

Hal itu diungkapkan oleh salah satu peserta UTBK SNBT 2025 Rivia yang berasal dari Bekasi usai menjalani UTBK SNBT 2025 pada hari kedua, Kamis (24/4/2025).

"Menurut aku paling susah tuh PM-nya," kata Rivia di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (UI), Depok, Kamis.

Menurut Rivia, tingkat kesulitan materi PM di UTBK 2025 mencapai angka sembilan dari skala 10 karena hanya bisa mengerjakan empat hingga lima soal.

Sementara soal-soal lainnya Rivia hanya mencoba untuk menebak karena sama sekali tidak mengerti bagaimana menjawab soal-soal PM.

"9 per 10 susahnya. Kayak cuma yang dikerjain itu cuma 5-6 soal aja. Sisanya aku nembak (Menebak)," ujarnya.

Rivia mengatakan, padahal selama ini ia sudah mengikuti bimbingan belajar (Bimbel) dan selalu mendapat nilai bagus dalam tryout (TO) UTBK SNBT 2025.

Ia pun merasa percaya diri bisa mengerjakan semua soal UTBK dengan baik. Namun ternyata pada materi PM ia sangat kewalahan.

"Kalau TO yang jadi bimbel itu kan kayak lebih nyantai, kayak yaudahlah TO aja pikirannya gitu. Kalau UTBK tuh terasa tegangnya gitu, jadi fokusnya buyar," ungkapnya.

Kendati demikian, Rivia menilai kesulitannya mengisi materi uji PM juga disebabkan karena sudah terlalu lelah mengerjakan soal-soal sebelumnya.

Sementara materi PM baru muncul sebagai materi akhir ujian. Namun, kata Rivia, setiap peserta di ruangan akan berbeda-beda menerima soal apa yang akan dikerjakan terlebih dahulu.

Senada dengan Rivia, Nida siswa yang berasal dari Jakarta Selatan juga merasa PM sebagai materi yang paling sulit.

Bahkan dia sampai kehabisan waktu untuk menyelesaikan materi ujian PM tersebut.

"Iya (PM paling sulit) Karena emang rata-rata orang-orang itu kesusahan di PK sama PM gitu" kata Nida.

"Terus juga aku tuh dua atau tiga soal-soal lagi aku nggak sempat dijawab karena waktu sudah habis. Karena kelamaan gitu, terus kayak panik kan enggak ngeliat waktunya, tiba-tiba sudah habis. Terus kayak nyesel gitu nggak ngeliat waktunya," lanjut dia.

Oleh karena itu, Nida menyarankan calon peserta UTBK SNBT 2025 bisa lebih memperhatikan waktu saat mengerjakan ujian.

"Wajib banget sih. Terus kayak tadi nyesel banget nggak ngeliat waktu," pungkas Nida.

/edu/read/2025/04/26/123000671/cerita-utbk-snbt-2025--berangkat-subuh-soal-matematika-paling-susah

Baca berita tanpa iklan.

Terpopuler

1
2
3
4
Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke