KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo mengeklaim pemerintah berhasil menurunkan angka prevalensi stunting atau tengkes di Indonesia. Jokowi membandingkan data selama 10 tahun terakhir.
"Angka stunting mampu kita kurangi dari sebelumnya 37,2 persen (2013) menjadi 21,5 persen di tahun 2023," kata Jokowi, saat pidato dalam Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR-DPD, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (16/8/2024).
Bagaimana faktanya?
Stunting atau tengkes merupakan gangguan pertumbuhan yang dialami anak karena kekurangan gizi kronis serta infeksi berulang.
Data Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 memang memperlihatkan prevalensi stunting balita Indonesia mencapai 21,5 persen pada 2023.
Akan tetapi, angka itu terbilang belum cukup. Sebab, ambang batas yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk prevalensi stunting kategori sedang, yakni 20 persen.
Merujuk data WHO, angka 21,5 persen masih masuk kategori tinggi.
Selain itu, ada ketimpangan prevalensi juga terbilang tinggi berdasarkan data provinsi.
Pada 2022 misalnya, angka stunting terendah, yakni di Bali dengan 7,2 persen, sementara tertinggi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan 37,9 persen.
Kemudian pada 2023, Papua Tengah menjadi provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi nasional sebesar 39,4 persen.
Simak penjelasan detailnya dalam video berikut ini:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.View this post on Instagram