KOMPAS.com - Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi meluruskan informasi keliru yang menyebut Florona sebagai varian baru Covid-19.
Nadia menjelaskan, Florona hanya sebatas sebutan untuk kombinasi infeksi (koifeksi) dari virus influenza dan virus corona.
"Ini bukan varian baru. (Ini sebutan) orang yang terinfeksi corona dan influenza secara bersamaan," kata Nadia saat dihubungi 优游国际.com, Jumat (7/1/2022).
Hal serupa juga disampaikan oleh epidemiolog Universitas Gadjah mada, Bayu Satria Wiratama saat dihubungi terpisah.
"Florona lebih ke koinfeksi alias infeksi bersamaan antara influenza dengan Covid-19.
Itu sebutan buatan ilmuwan yg menemukan bukan nama resmi dan bukan varian," ucap Bayu, saat dihubungi Jumat.
Florona merupakan istilah yang beredar di Israel, di mana ilmuan dan media setempat menggambarkan kondisi seseorang yang terjangkit virus corona dan virus influenza secara bersamaan.
Berdasarkan catatan WHO, ada tujuh varian yang jadi fokus para peneliti karena tingkat keparahan, transmisibilitas, risiko, dan reaksinya terhadap vaksin.
Varian yang saat ini menjadi variants of concern (VOC) meliputi Aplha, Beta, Gamma, Delta, dan Omicron. Sedangkan yang masuk kategori variants of interest (VOI) yakni Lamda dan Mu.
Dari deretan datar tersebut, tidak ada varian baru bernama Florona.
Menurut epidemiolog Indonesia untuk Griffith University Australia, Dicky Budiman, kombinasi infeksi merupakan hal yang umum, terutama di tengah pandemi.
Dicky mengatakan, selain flu, orang yang terinfeksi virus corona juga bisa mengalami penyakit akibat virus lain, seperti HIV, demam berdarah, malaria, dan sebagainya.
Namun, beberapa riset menyebutkan bahwa orang dengan flu lebih mudah terinfeksi dan menyebarkan Covid-19.
"Ini memang bisa terjadi di situasi saat ini, di mana orang yang terinfeksi flu bahkan lebih mudah terinfeksi Covid-19," ucap dia kepada 优游国际.com, Jumat.
Kombinasi virus influenza dan virus corona memang jadi kekhawatiran di negara-negara yang memiliki musim dingin.
Menurut Dicky, virus influenza jadi masalah klasik tahunan, sehingga layanan kesehatan di negara tersebut perlu waspada.