KOMPAS.com - Frekuensi buang air sering dihubungkan dengan kondisi kesehatan seseorang.
Semakin jarang seseorang buang air baik kecil maupun besar, perlu diperiksa apakah ada yang salah dengan sistem metabolisme atau ekskresinya.
Baca juga: 12 Penyebab Nyeri Saat Buang Air Kecil, Apa Saja?
Bahkan pada kasus yang istimewa, kesulitan buang air ternyata merupakan tanda-tanda kesehatan yang serius.
Baru-baru ini, kasus pria India yang sulit buang air kecil (BAK) hari karena parasit cacing ginjal tengah menjadi perhatian para ahli kesehatan barat. Salah satunya analis riset dr. Kyle Mueller dari Departemen Percobaan Remaja Harris County, Houston, Amerika Serikat (AS).
Terkait kasus pria India ini, Mueller menyoroti bagaimana kasus obstruksi urin tak biasa bisa menunjukkan adanya parasit dalam tubuh yang tidak terduga.
Pria India berusia 35 tahun itu tidak menunjukkan tanda-tanda vital walau sulit BAK selama dua hari berturut-turut.
Ia hanya menunjukkan tanda takikardia (detak jantung berlebihan) yang ringan. Namun, pembengkakan ginjal dapat dideteksi oleh tenaga kesehatan (nakes).
Begitu tes medis pria itu menunjukkan infeksi, nakes setempat bergegas untuk melanjutkan prosedur perawatan.
Setelah itu, dokter memasukkan kateter untuk meredakan retensi urin sekaligus memberikan cairan intravena dan antibiotik guna menekan infeksi.
Usai pasien melewati pengawasan selama semalam, keesokan paginya terdapat penemuan yang tidak disangka-sangka.
Baca juga: Penyebab Kucing Buang Air di Luar Kotak Pasirnya
Kantong urin pasien menunjukkan adanya cacing yang menjadi penyebab sulitnya pasien buang air kecil. Dokter mengeluarkan kesimpulan bahwa cacing itu menyumbat saluran kemih pasien.
Dari pemeriksaan mikrobiologi, cacing teridentifikasi sebagai Dicotophyma renale jantan yang merupakan parasit langka pada manusia.
Ketika diselidiki, dokter menemukan bahwa pasien sering mengonsumsi ikan mentah dari danau di dekat desa. Menjadikannya awal mula infeksi tersebut.
Meskipun jarang terjadi pada manusia, cacing ginjal bisa tumbuh sangat besar di tubuh inangnya dan menyebabkan komplikasi organ serius.
"Parasit tangguh ini dapat bertahan hidup hingga lima tahun di dalam ginjal inangnya, menyebabkan kerusakan progresif pada jaringan dan fungsi ginjal seiring berjalannya waktu," kaya Mueller dalam artikel Evidence Network yang dikutip pada Senin (21/4/2025).