KOMPAS.com - Sosok pendiri Oriental Circus Indonesia (OCI) menjadi sorotan publik usai munculnya tudingan eksploitasi dan pemerasan terhadap pemainnya.
Kasus ini bermula dari pengaduan mantan pemain sirkus OCI, Butet yang mengaku mendapat tindakan kekerasan, eksploitasi, hingga perlakuan tidak manusiawi selama bekerja sebagai pemain sirkus OCI pada Selasa (15/4/2025).
“Kalau main saat show tidak bagus, saya dipukuli. Pernah dirantai pakai rantai gajah di kaki, bahkan untuk buang air saja saya kesulitan,” kata Butet, dikutip dari , Selasa (15/4/2025).
Meski demikian, Komisaris Taman Safari Indonesia, Tony Sumampau membantah tudingan tersebut.
Dia mengaku hanya bertindak tegas agar pemain sirkus disiplin saat latihan.Tony memastikan, pendisiplinan tersebut bukan dilakukan dengan kekerasan dan penyiksaan.
“Kalau dibilang penyiksaan, ya itu membuat sensasi saja. Supaya orang yang dengar jadi kaget, serius gitu ya. Kalau benar-benar seperti itu, ya tidak masuk akal,” ucapnya, dilansir dari , Kamis.
Lantas, siapa pendiri OCI?
Baca juga: 7 Fakta Eks Pemain Sirkus OCI Disebut Jadi Korban Eksploitasi Taman Safari Indonesia
Tonggak awal mula berdirinya OCI tidak lepas dari sosok Hadi Manansang.
Dikutip dari , Hadi Manansang adalah pengamen kecil dan penjual koyok ramuan dari China. Dia menjajakan dagangannya itu di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bogor, Cirebon, Yogyakarta, Solo, Kediri, dan Malang.
Hadi Manansang memiliki tiga orang anak, yakni Jansen Manansang, Frans Manansang dan Tony Sumampu yang membangun Taman Safari Indonesia.
Sebelum menorehkan sejarah sirkus di Indonesia, Hadi kecil sudah lebih dulu menunjukkan ”sirkus sederhana” saat mengamen dan berjualan
Saat itu, Hadi kecil mengamen dengan cara menunjukkan atraksi solo, lempar trisula (tombak bermata tiga), dan menancapkan sepotong besi ke dadanya sampai melengkung.
Pria itu memang sudah menggemari dunia akrobat sejak lama. Dia kemudian mendirikan grup Bintang Akrobat dan Gadis Plastik pada 1963-1964.
Melalui grup tersebut, Hadi menyuguhkan atraksi lempar tangkap bola (juggling), handstand sambil memutar sejumlah ring (cincin besi), dan kemampuan ”melipat-lipat” tubuh kepada penonton.
Grup Bintang Akrobat dan Gadis Plastik juga tampil di negara tetangga, seperti Malaysia dan SIngapura pada 1963.