优游国际

Baca berita tanpa iklan.

Cara Melihat Hujan Meteor Perseid Malam Ini, Capai Puncak Minggu Depan

优游国际.com - 07/08/2024, 17:30 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hujan meteor perseid adalah salah satu fenomena astronomi yang menghiasi langit malam sepanjang Agustus 2024.

Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin mengatakan, hujan meteor perseid telah teramati sejak pertengahan Juli.

Fenomena ini dapat disaksikan hingga akhir Agustus, dengan mencapai puncak sekitar 11 Agustus 2024 malam.

"Puncak hujan meteor 11-13 Agustus, waktu (pengamatan) terbaik setelah tengah malam sampai subuh," ujar Thomas saat dihubungi 优游国际.com, Rabu (7/8/2024).

Lantas, bagaimana cara melihat hujan meteor perseid?

Baca juga: 4 Fenomena Astronomi Agustus 2024, Ada Hujan Meteor Perseids


Cara melihat hujan meteor perseid Agustus 2024

Hujan meteor perseid telah aktif sejak pertengahan Juli, sehingga dapat diamati oleh manusia di Bumi pada malam ini, Kamis (7/8/2024) sampai akhir Agustus mendatang.

Thomas mengungkapkan, masyarakat yang ingin menyaksikan fenomena astronomi ini dengan mata telanjang dapat mengarahkan pandangan ke langit utara.

Pengamatan dilakukan setelah tengah malam sampai waktu subuh agar mendapatkan panorama hujan meteor terbaik.

"Caranya, amati langit sebelah utara yang tidak terhalang bangunan atau pepohonan," kata Thomas.

Guna memaksimalkan pengamatan, pastikan untuk menyaksikan hujan meteor perseid di tempat yang jauh dari lampu malam.

"Matikan lampu luar atau pilih daerah yang jauh dari polusi cahaya," lanjutnya.

Senada, astronom amatir Indonesia Marufin Sudibyo menjelaskan, hujan meteor perseid sudah aktif sejak 14 Juli 2024.

"Hujan meteor perseid sudah aktif sejak 14 Juli dan akan terus ada hingga 1 September. Hanya saja puncaknya terjadi per 12-13 Agustus setiap tahun," kata dia, saat dihubungi terpisah, Rabu.

Baca juga: 13 Hujan Meteor yang Akan Terjadi Sepanjang 2024, Apa Saja?

Ada 100 meteor per jam saat puncak

Fenomena ini dinamakan perseid karena titik radian hujan meteornya seolah-olah berasal dari arah rasi bintang Perseus.

Menurut Marufin, perseid berasal dari remah-remah 109 P/Swift-Tuttle, komet berperiode panjang yang mengelilingi Matahari setiap 130 tahun sekali.

Meski komet tersebut jarang terlihat di langit Indonesia, sisa debu komet Swift-Tuttle yang menjadi fenomena hujan meteor dapat disaksikan di Tanah Air.

"Remah-remah komet Swift-Tuttle yang menjadi hujan meteor perseid memasuki atmosfer Bumi dengan kecepatan 60 kilometer per detik," papar Marufin.

Saat mencapai puncaknya, yakni pada 11-13 Agustus setiap tahun, jumlah partikel yang jatuh relatif banyak, sekitar 100 meteor per jam (ZHR).

Namun, Marufin melanjutkan, posisi sumber hujan meteor perseid baru terbit setelah tengah malam.

Oleh karena itu, fenomen hujan meteornya baru dapat disaksikan mulai tengah malam sampai subuh atau sebelum Matahari terbit.

"Pengaruh cahaya Bulan menyebabkan kemungkinan hanya 60 persen meteor perseids yang akan terlihat. Hujan meteor takkan bisa disaksikan lagi saat langit mulai terang pada saat subuh," ungkapnya.

Baca juga: Bentuk Bumi Disebut Bukan Bulat Sempurna tapi Berbenjol, Ini Penjelasan BRIN

Halaman:


Terkini Lainnya

Pasukan Nyamuk Serang Penumpang Pesawat IndiGo Saat di Angkasa

Pasukan Nyamuk Serang Penumpang Pesawat IndiGo Saat di Angkasa

Tren
Seperti Apa Fitur Whatsapp Terbaru 'Advanced Chat Privacy' untuk Lindungi Percakapan Sensitif?

Seperti Apa Fitur Whatsapp Terbaru "Advanced Chat Privacy" untuk Lindungi Percakapan Sensitif?

Tren
Indonesia Kirim Wakil untuk Ikuti Konklaf Pemilihan Paus, Siapa Dia?

Indonesia Kirim Wakil untuk Ikuti Konklaf Pemilihan Paus, Siapa Dia?

Tren
Kebiasaan Mager Bisa Meningkatkan Risiko Kematian Dini, Ini Penjelasan Dokter

Kebiasaan Mager Bisa Meningkatkan Risiko Kematian Dini, Ini Penjelasan Dokter

Tren
Paus Fransiskus Dimakamkan Hari Ini, Kapan Vatikan Gelar Konklaf?

Paus Fransiskus Dimakamkan Hari Ini, Kapan Vatikan Gelar Konklaf?

Tren
Ramai soal Uang Indonesia 3.1, Apakah Alat Pembayaran yang Sah? Ini Kata Peruri

Ramai soal Uang Indonesia 3.1, Apakah Alat Pembayaran yang Sah? Ini Kata Peruri

Tren
Alasan Paus Fransiskus Pilih Basilika Santa Maria Maggiore sebagai Peristirahatan Terakhirnya

Alasan Paus Fransiskus Pilih Basilika Santa Maria Maggiore sebagai Peristirahatan Terakhirnya

Tren
Daftar Seafood yang Tetap Bisa Dikonsumsi Penderita Hipertensi

Daftar Seafood yang Tetap Bisa Dikonsumsi Penderita Hipertensi

Tren
Setelah Cekcok Panas, Trump dan Zelensky Gelar Pertemuan di Roma Jelang Pemakaman Paus Fransiskus

Setelah Cekcok Panas, Trump dan Zelensky Gelar Pertemuan di Roma Jelang Pemakaman Paus Fransiskus

Tren
Trump Hadir di Pemakaman Paus Fransiskus, Duduk di Barisan Paling Depan

Trump Hadir di Pemakaman Paus Fransiskus, Duduk di Barisan Paling Depan

Tren
Doa Terakhir dari Para Kardinal untuk Paus Fransiskus

Doa Terakhir dari Para Kardinal untuk Paus Fransiskus

Tren
Ilmuwan Temukan Fakta tentang Mind-Blanking, Ketika Pikiran Mandek Sesaat

Ilmuwan Temukan Fakta tentang Mind-Blanking, Ketika Pikiran Mandek Sesaat

Tren
Gempa Berkekuatan M 6,1 Guncang Ekuador, 710 Orang Terdampak

Gempa Berkekuatan M 6,1 Guncang Ekuador, 710 Orang Terdampak

Tren
Benarkah Minum Teh Setelah Makan Buruk bagi Kesehatan? Ini Penjelasan Dokter

Benarkah Minum Teh Setelah Makan Buruk bagi Kesehatan? Ini Penjelasan Dokter

Tren
Anak Wakil Direktur CIA Tewas saat Bertempur untuk Rusia

Anak Wakil Direktur CIA Tewas saat Bertempur untuk Rusia

Tren
Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau