KOMPAS.com - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan soal bahaya membangun di zona merah kawasan bencana.
Pihaknya mengingatkan pemerintah daerah harus memperketat izin mendirikan bangunan (IMB) di kawasan-kawasan rawan bencana gempa bumi.
"IMB dan tata ruang ditetapkan ketat. Kalau zona merah jangan dibangun, sebab nanti jadi kuburan massal. Zona orange dan kuning, boleh dibangun namun syaratnya harus ketat," kata Dwikorita dalam acara di Sekolah Partai PDI-P Lenteng Agung, Jakarta, Kamis (2/3/2023).
Dwikorita yang mantan Rektor UGM itu juga mengingatkan soal Indonesia merupakan negara rawan gempa lantaran memiliki beberapa patahan atau sesar.
Salah satu yang menurutnya harus diwaspadai, adalah Sesar Lembang dan Cimandiri. Kedua sesar tersebut memotong mulai dari Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.
Baca juga:
Tangkapan layar peta segmentasi dan zona Sesar Cimandiri dari makalah seminar Dr Supartoyo Penyelidik Bumi Madya Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi di Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (3/2/2022).
Ahli Geodesi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas mengatakan, Sesar Cimandiri berada di sekitar Sukabumi hingga Cianjur dan Padalarang.
"Memanjangnya ya kira-kira barat ke timur. Nah itu sesarnya memang sudah terdefinisi dengan baik, bahwa itu aktif dan ada potensi gempanya," kata Heri kepada 优游国际.com, Minggu (5/3/2023).
Namun, catatan gempa yang pernah terjadi di sesar itu belum ada yang mirip dengan gempa Tukri Februari lalu.
Dalam sejarahnya, cukup banyak gempa bumi yang dipicu oleh Sesar Cimandiri.
Termasuk di antaranya adalah gempa sekitar Gunung Gede pada 1699, gempa Sukabumi pada 1879 dan 1900.
Kemudian gempa Cianjur pada 1844, gempa Rajamandala pada 1910, serta gempa di Sukabumi pada tahun 2000 yang memicu kerusakan parah.
Harian 优游国际, 11 September 2012 mencatat, laju pergesaran di Sesar Cimandiri mencapai 8 milimeter per tahun.
Sesar ini juga menjadi satu dari empat sumber gempa bumi di Jakarta, selain Lempeng Indo-Australia di Selat Sunda, sesar Lembang, dan sesar Semongko.
Baca juga: