优游国际

Baca berita tanpa iklan.
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Aneka Ragam Tafsir atas Faktisitas

优游国际.com - 12/01/2023, 06:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di
Editor

DI ANTARA para pemikir Jerman, lazimnya yang dianggap paling termashur sampai ke antero jagad adalah Immanuel Kant dan Friderich Nietzsche di samping Arthur Schopenhauer.

Namun tidak banyak yang sadar bahwa di antara Kant dan Nietzsche-Schopenhauer sebenarnya hadir pula seorang pemikir Jerman tak kalah kalah penting untuk dikenal, yaitu Johann Gottlieb Fichte.

Saya mengenal Fichte melalui sebuah istilah filosofis, yaitu faktisitas yang di dalam bahasa Jerman disebut sebagai Faktizitaet.

Semula faktisitas versi Fichte memiliki aneka ragam makna terkait tafsir terhadap fakta dan faktualitas yang juga kerap dibahas oleh para penganut aliran positifisme abad XIX berlawanan tafsir Wilihelm Dilthy serta kaum Neo-Kantianis gemar membenturkan faktisitas dengan idealisme mirip ulasan Juergen Habermas di dalam mahakarya Faktizitaet und Geltung.

Terlebih dahulu Martin Heidegger membahas Faktizitaet melalui jalur Geworfenheit sebagai eksistensi individual yang “melemparkan diri ke dalam dunia”.

Lain Jerman lain Perancis, di mana pada medio abad XX, kaum eksistensialis di bawah pimpinan Jean-Paul Sartre dan Simone de Beauvoir memaknakan faktisitas dengan segenap detail kongkret melawan latar belakang di mana kemerdekaan setiap insan manusia eksis dan dibatasi termasuk waktu dan tempat kelahiran, bahasa, lingkungan kebudayaan dengan prospek yang mustahil dihindari, yaitu kematian.

Semisal seorang insan manusia dilahirkan tanpa kaki membatasi kemerdekaan untuk berjalan kaki menelusuri pantai. Andai kata masa depan teknologi medis mampu mengembangkan metode menumbuhkan kaki berarti faktisitas tidak lagi membatasi kemerdekaan sang insan manusia untuk berjalan kaki menelusuri pantai.

Berdasar tafsir atas pemikiran Satre terhadap apa yang disebut sebagai faktisitas, secara intuitif maka sudah barang tentu sangat subyektif serta dangkal, saya merasakan adanya sejenis kesejajaran serta keseiramanadaan antara gagasan saya tentang andaikatamologi dengan tafisr Jean Paul Sartre atas faktisitas sebagai konsep yang pertama kali digagas Sartre di dalam mahakarya legendaris L'Être et le néant sebagai keberadaan-dalam-dirinya-sendiri yang membedakan modalitas manusia antara keberadaan dan ketidak-beradaan.

Saya juga merasa adanya keberadaan estetika getaran sukma sefrekuensi pemikiran eksistensialistis Sartre dengan getaran pemikiran fisikal Max Planck yang secara metafisikal disilangkan oleh Erwin Schroedinger lewat eksperimen quasi-multiverse pada sosok kucing mengandung pemikiran kuantum sengit diperdebatkan oleh Niels Bohr dan Albert Einstein.

Polemik legendaris antara dua tokoh legendaris tersebut tidak sempat berakhir akibat kedua beliau sudah terlanjur terlebih dahulu meninggalkan dunia fana ini.

Pada hakikatnya konflik tafsir antara Bohr dan Einstein membenarkan kecurigaan yang diam-diam menyelinap ke dalam selimut yang menyelubungi pemikiran mengenai fenomena quantum entangelement.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau