Dikutip dari , orang-orang melakukan panic buying dengan mendatangi supermarket, bergegas berbelanja makanan guna menimbunnya di rumah karena ada kekhawatiran lockdown terjadi.
Selain itu warga juga masih menunggu antrean panjang pengetesan screening Covid-19 bagi seluruh warga Beijing.
Pada Senin (25/4/2022) pemerintah mengumumkan bahwa warga harus tes PCR 3 kali dalam waktu lima hari.
Aturan ini diumumkan menyusul 70 kasus ditemukan di kota itu.
Baca juga: Mau Naik KA Jarak Jauh tapi Sertifikat Vaksin Booster Belum Tersedia, Bolehkah? Ini Kata KAI
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) mengumumkan menyetujui penggunaan Remdesivir untuk mengobati Covid-19 pada anak-anak usia di bawah 12 tahun, Senin (25/4/2022)
Dikutip dari , pengobatan boleh diberikan untuk merawat pasien paling muda usia 28 hari dengan berat 7 pon.
Adapun penggunaan Remdesivir harus untuk mereka yang memerlukan perawatan rumah sakit.
Baca juga: BPOM AS Setujui Pemberian Remdesivir untuk Pasien Covid-19 di Rumah Sakit
Boleh untuk yang tidak dirawat di rumah sakit namun untuk mereka dengan risiko sedang hingga tinggi penyakit berkembang menjadi penyakit yang lebih parah.
“Karena Covid-19 dapat menyebabkan penyakit parah pada anak-anak, beberapa di antaranya saat ini tidak memiliki pilihan vaksinasi, pilihan pengobatan COVID-19 yang aman dan efektif terus diperlukan untuk populasi ini,” kata Direktur Pusat Evaluasi dan Penelitian Obat FDA Patrizia Cavazzoni.
Tidak ada vaksin yang diizinkan untuk anak di bawah 5 tahun di AS sehingga hal ini (persetujuan Remdesivir untuk anak) menurutnya adalah sesuatu yang hebat.
Baca juga: WHO Sarankan Dokter Tak Gunakan Remdesivir untuk Pasien Covid-19, Kenapa?
Kasus hepatitis di Inggris merebak beberapa waktu terakhir.
Saat ini kasus hepatitis mencapai 114 kasus dengan anak-anak yang membutuhkan transplantasi hati.
Dikutip dari hipotesis utama lonjakan hepatitis adalah efek lanjutan dari pandemi Covid-19.
Di mana penguncian dan pembatasan lainnya membuat anak-anak hanya mendapat sedikit paparan virus umum daripada sebelum pandemi.
Oleh karena itu, respons kekebalan tubuhnya menjadi tidak memadai ketika berbagai pembatasan mulai dibuka kembali.
Baca juga: Saat WHO dan UNICEF Desak Indonesia Segera Gelar Sekolah Tatap Muka...
Infografik: 7 Vaksin Covid-19 yang Paling Banyak Dipakai