KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan kemungkinan pandemi Covid-19 akan berubah menjadi endemi pada 2022.
Pandemi dan endemi dibedakan berdasarkan seberapa luar tingkat penyebaran penyakitnya.
Pandemi terjadi ketika peningkatan infeksi mendadak dari suatu penyakit, yang telah menyebar di beberapa negara atau benua, serta menjangkiti banyak orang.
Sementara, endemi adalah kehadiran konstan atau prevalensi suatu penyakit atau infeksi yang biasa terjadi dalam suatu wilayah geografis.
Beberapa pandemi akhirnya bisa tertangani, tetapi tetap bertahan di sebagian wilayah. Inilah mengapa pandemi bisa berubah menjadi penyakit endemik.
Baca juga: Sri Mulyani Sebut Covid-19 Akan Jadi Endemi, Apa Artinya?
Berikut adalah beberapa penyakit yang awalnya pandemi, kemudian berubah menjadi endemi:
Menurut para ilmuwan, wabah itu disebabkan oleh bakteri yang disebut Yersinia pestis, dan menjadi pandemi selama sekitar 4 tahun.
Mengutip laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (), 13 Oktober 2017, wabah yang menyebabkan Black Death mudah diobati dengan antibiotik dan tindakan pencegahan standar untuk mencegah infeksi.
Wabah ini disebabkan oleh gigitan kutu yang terinfeksi. Basil pes, Yersinia pestis, masuk melalui gigitan dan menjalar melalui sistem limfatik ke kelenjar getah bening terdekat untuk mereplikasi dirinya sendiri.
Kelenjar getah bening kemudian meradang, tegang, nyeri, dan disebut 'bubo'. Itulah mengapa penyakit ini juga disebut "Bubonic".
Pada stadium lanjut infeksi, kelenjar getah bening yang meradang dapat berubah menjadi luka terbuka berisi nanah.
Penularan penyakit pes dari manusia ke manusia jarang terjadi. Wabah pes dapat berkembang dan menyebar ke paru-paru, yang bisa mengakibatkan pneumonia.
Setelah bisa tertangani, Black Death kemudian menjadi epidemi di Afrika, Asia, dan Amerika Selatan.
Sejak 1990-an, sebagian besar kasus pada manusia terjadi di Afrika. Tiga negara yang mengalami endemi paling parah adalah Republik Demokratik Kongo, Madagaskar, dan Peru.