Di pondok pimpinan KH Dimyathi inilah, KH Abdul mendapatkan gemblengan berbagai ilmu selama 12 tahun.
Keluar dari Pondok Tremas, KH Abdul dinikahkan dengan putri KH Achmad Qusyairi, yang juga masih sepupunya, di Pasuruan.
Baca juga: Biografi KH Bisri Syansuri, Tokoh NU dan Pejuang RUU Perkawinan
Setelah menikah, KH Abdul Hamid tinggal di Pasuruan, dan sempat pindah ke Jember hingga Banyuwangi.
KH Abdul Hamid dikenal sebagai sosok yang sangat sabar, baik kepada keluarga atau murid-muridnya.
Ia melewati berbagai cobaan di awal kehidupan pernikahannya secara sabar dan lebih senang memberikan pendidikan kepada anak serta istrinya melalui keteladanan.
KH Abdul pernah bekerja sebagai pedagang sepeda, kelapa, kedelai, hingga menyewa sawah.
Saat itu, meski tinggal di kompleks pesantren, ia belum terlibat dalam kepengurusan Pesantren Salafiyah.
KH Abdul biasanya menggelar pengajian di berbagai desa di Pasuruan.
Barulah pada 1951, sepeninggal pengasuh Pondok Salafiyah yang bernama KH Abdullan bin Yasin, ia dipercaya sebagai guru besar pondok.
Baca juga: Biografi Habib Sholeh Tanggul dan Karomahnya
KH Abdul membangun Pondok Salafiyah secara perlahan tapi pasti. Santri-santrinya terus bertambah dan datang dari berbagai daerah.
Sebagai seorang pendatang, tidak sedikit ulama di Pasuruan yang merasa tersaingi akan keberadaannya.
Namun, meski dituding mencari pengaruh dan menggerogoti santri, KH Abdul tetap sabar dan pengikutnya pun tidak meragukan karomahnya.
Ketika bersama para santrinya, KH Abdul hamid hanya mengaji beberapa baris kitab. Selebihnya, ia lebih suka bercerita tentang kisah teladan para ulama di masa lalu.
KH Abdul Hamid Pasuruan wafat pada 25 Desember 1982 dalam usia 68 tahun.
Ia meninggal di Rumah Sakit Islam (RSI) Surabaya karena penyakit jantung akut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.