Sepanjang abad ke-14, pandemi tersebut diperkirakan telah menelan hampir 200 juta jiwa di Eropa dan Asia.
Di Eropa sendiri, Black Death telah menelan setengah dari populasi masyarakatnya.
Di sisi lain, peristiwa mengerikan itu membuat orang-orang Eropa mempertanyakan dan menentang agama mereka sendiri.
Pasalnya, saat itu belum ada penyebab yang jelas sehingga masyarakatnya tidak mengerti bagaimana cara menghentikannya.
Banyak orang berpendapat bahwa tragedi itu adalah kehendak Tuhan dan menggunakan pemahaman agama mereka untuk menjelaskan penyebarannya.
Black Death kemudian dijadikan kesempatan oleh sebagian orang untuk mempertanyakan otoritas Gereja Katolik dan memungkinkan masuknya ide-ide baru ke dalam masyarakat Eropa.
Baca juga: Reformasi Protestan, Pecahnya Agama Kristen Menjadi Beberapa Aliran
Selain itu, Black Death menimbulkan kepanikan dan pergolakan karena orang-orang banyak yang bermigrasi ketika wabah semakin tidak terkendali.
Hal ini pada akhirnya menggeser keseimbangan kekuasaan dan kekayaan dalam masyarakat Eropa dan membantu mewujudkan dominasi beberapa negara kota di Italia, di mana Renaissance pertama kali dimulai.
Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Ottoman menjadi salah satu penanda berakhirnya Abad Pertengahan dan memicu munculnya Zaman Renaissance.
Pasalnya, dengan berakhirnya Kekaisaran Bizantium (Kekaisaran Romawi Timur), sejumlah cendekiawan memilih melarikan diri dari Turki ke Eropa dengan membawa dokumen-dokumen Yunani dan Romawi kuno.
Dokumen yang dibawa para cendekiawan itu memuat pengetahuan tentang bahasa, matematika, astronomi, dan masih banyak lainnya.
Hal itu pada akhirnya membuat pengetahuan dan tradisi-tradisi dari zaman Yunani Kuno cepat menyebar ke seluruh Eropa.
Referensi: