KOMPAS.com - Perang Dingin antara Blok Barat (Amerika Serikat) dan Blok Timur (Uni Soviet) sangat mengkhawatirkan bagi negara-negara di dunia.
Perkembangan persenjataan serta nuklir dari Amerika Serikat dan Uni Soviet menyebabkan kecemasan dunia internasional akan meletusnya Perang Dunia III.
Untuk mengantisipasi adanya konflik yang lebih lanjut pada Perang Dingin, pihak internasional berupaya untuk meredakan Perang Dingin.
Berikut upaya-upaya untuk meredakan Perang Dingin :
Perebutan kekuasaan antara Blok Barat dan Blok Timur dalam Perang Dingin banyak berdampak pada kondisi pilitik dan keamanan di negara berkembang.
Baca juga: Perang Dingin: Faktor, Persaingan, dan Dampaknya
Untuk meredam gejolak politik dan keamanan dunia akibat Perang Dingin, negara berkembang membentuk Gerakan Non Blok.
Gerakan Non Blok adalah bentuk sikap netral negara berkembang dalam Perang Dingin yang menyatakan tidak memihak pada Blok Barat maupun Blok Timur.
Gerakan ini diikuti oleh lebih dari 120 negara di Asia dan Afrika. Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi pencetus dari Gerakan Non Blok serta memfasilitasi pertemuan antar negara berkembang pada Konferensi Asia Afrika 1955.
PBB sebagai organisasi internasional yang menaungi kepentingan bangsa-bangsa di dunia turut berupaya dalam meredakan Perang Dingin.
Dilansir dari buku The Cold War : A New History (2005) karya John Lewis Gaddis, upaya PBB dalam meredakan Perang Dingin dapat terlihat ketika PBB mengeluarkan resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 255 pada 1968.
Baca juga: Dampak Perang Dingin bagi Indonesia
Resolusi tersebut berisi tentang pembatasan kepemilikan Nuklir dan penggunaannya sebagai senjata. Resolusi ini disetujui oleh seluruh anggota PBB termasuk Amerika Serikat dan Uni Soviet yang sedang berkonflik.
Hubungan Amerika Serikat dan Uni Seviet mulai menunjukan hal positif pada sekitar tahun 1970an.
Dalam buku Perang Dingin (2018) karya Argda Wahyu Nur Cahyo, Amerika Serikat dan Uni Soviet saling menempuh pendekatan diplomasi dalam memecahkan masalah.
Presiden Richard Nixon (Amerika Serikat) dan Leonid Brezhnev (Uni Soviet) melakukan perjanjian SALT (Strategic Arms Limitation Treaty) di Finlandia pada 1969.
Baca juga: Latar Belakang Terjadinya Perang Dingin
Dalam perjanjian tersebut diatur tentang pembatasan anti rudal balistik di negara Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Diplomasi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet kembali terjadi pada 1979 saat menandatangani perjanjian SALT II tentang pembatasan pengembangan rudal jenis baru dan rudal nuklir.
Perjanjian ini ditandatangani oleh Jimmy Carter (Presiden AS) dan Leonid Brezhnev (Sekjen Partai Komunis Soviet).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.