KOMPAS.com - Dalam dunia fiksi ilmiah, lubang hitam sering digambarkan sebagai pintu gerbang menuju dunia lain, baik ke bagian jauh alam semesta ini maupun ke alam semesta lain. Namun, kenyataannya jauh lebih rumit daripada sekadar imajinasi tersebut. Di luar dunia fiksi, memasuki lubang hitam justru merupakan ide yang sangat buruk.
Meski begitu, menariknya, orang yang masuk ke dalam lubang hitam sebenarnya memiliki peluang kecil untuk "melarikan diri", entah kembali ke dunia asal atau ke tempat eksotis lainnya. Hal ini karena lubang hitam membengkokkan ruang itu sendiri, sehingga jarak antara dua titik yang biasanya berjauhan bisa menjadi lebih dekat.
Baca juga: Ditemukan, Lubang Hitam yang Mengembara Sendiri di Alam Semesta
Sebuah analogi yang sering digunakan adalah membayangkan selembar kertas yang dibengkokkan. Garis yang digambar di atas kertas tetap sama panjang, tetapi jika kita membuat lubang menembus kertas tersebut, ujung-ujung garis itu menjadi jauh lebih dekat. Untuk memahami ini, kita perlu menyelami teori relativitas Einstein tentang gravitasi.
Lubang hitam bukanlah ruang kosong, melainkan daerah di mana sejumlah besar materi dipadatkan ke area yang sangat kecil, disebut singularitas. "Singularitas" ini memiliki kerapatan tak terhingga dan ukuran yang sangat kecil — meskipun beberapa ilmuwan masih memperdebatkan hal ini.
Ketika mendekati lubang hitam, kecepatan lepas — yaitu kecepatan minimum yang diperlukan untuk melawan tarikan gravitasinya — semakin meningkat. Di suatu titik, kecepatan lepas ini melampaui kecepatan cahaya, yakni sekitar 299.792 kilometer per detik. Karena menurut teori fisika modern tidak ada yang bisa bergerak lebih cepat dari cahaya, maka dari titik tersebut, tak ada yang bisa keluar dari lubang hitam.
Namun, perlu dicatat bahwa lubang hitam tidak bekerja seperti penyedot debu kosmik yang menyedot segalanya di sekitarnya. Kekuatan gravitasi lubang hitam hanya berpengaruh hingga batas yang disebut "cakrawala peristiwa" — batas di mana tak ada jalan keluar. Batas ini dapat membesar jika lebih banyak materi jatuh ke dalam lubang hitam.
Baca juga: Apakah Alam Semesta Kita Terperangkap di Dalam Lubang Hitam?
Apa yang ada di balik cakrawala peristiwa tetap menjadi misteri besar dalam astrofisika. Mayoritas ilmuwan percaya bahwa semua materi yang membentuk lubang hitam (misalnya, sisa-sisa bintang) hancur menjadi satu titik dengan kerapatan tak terhingga. Jika seseorang jatuh ke dalam lubang hitam, proses yang diperkirakan terjadi adalah tubuhnya akan mengalami "spaghettifikasi" — ditarik dan direnggangkan oleh gaya pasang surut ekstrem — sebelum akhirnya dihancurkan sepenuhnya.
Materi tersebut kemudian akan berkontribusi pada pertumbuhan cakrawala peristiwa. Pada akhirnya, lubang hitam itu sendiri akan memancarkan apa yang dikenal sebagai radiasi Hawking. Menurut perhitungan fisikawan Stephen Hawking, lubang hitam dapat memancarkan foton, menyebabkan lubang hitam kehilangan massa secara perlahan.
Namun, proses ini sangat lambat: lubang hitam bermassa setara matahari diperkirakan butuh waktu sekitar 10^87 tahun untuk sepenuhnya menguap — angka yang luar biasa besar dibandingkan usia alam semesta kita saat ini, sekitar 14 miliar tahun.
Meski begitu, menjadi bagian dari radiasi Hawking tetap bukanlah cara keluar yang diharapkan.
Baca juga: 8 Cara Mengetahui Lubang Hitam Benar-Benar Ada
Ada ide lain yang lebih menarik: lubang hitam mungkin bisa menjadi pintu gerbang ke dunia lain melalui struktur yang disebut "wormhole" atau terowongan ruang-waktu. Konsep ini muncul karena gravitasi melengkungkan ruang, sebagaimana dijelaskan oleh teori relativitas.
Lubang hitam tidak seperti benda biasa. Jika planet memiliki sumur gravitasi berbentuk cekungan dengan kedalaman terbatas, lubang hitam justru memiliki sumur gravitasi yang dalam tak terbatas — seperti lubang tanpa dasar, yang sisi-sisinya menjadi semakin curam menuju singularitas.
Namun, kita menghadapi masalah serius: teori relativitas Einstein mulai "rusak" ketika diterapkan pada singularitas lubang hitam. Pada skala kecil itu, kita seharusnya melihat efek mekanika kuantum. Sayangnya, hingga kini, ilmuwan belum berhasil menggabungkan teori relativitas umum dengan mekanika kuantum untuk benar-benar memahami singularitas.
Ada teori menarik yang menyebutkan bahwa jika lubang hitam berotasi sangat cepat, singularitas di dalamnya bisa berbentuk cincin, bukan titik. Singularitas berbentuk cincin ini — sebagaimana digambarkan dalam novel fiksi ilmiah "Ring" karya Stephen Baxter — bisa saja menjadi jalan ke alam semesta lain.
Dengan singularitas berbentuk cincin, tidak semua lintasan menuju masa depan seseorang harus berakhir di singularitas itu. Ini membuka kemungkinan adanya jalur alternatif melalui ruang-waktu yang terdistorsi aneh. Tetapi, tentu saja, ini masih teori spekulatif.
Baca juga: Mengungkap Misteri Lubang Hitam: Apakah Persamaan Einstein Perlu Disempurnakan?