KOMPAS.com - Para peneliti dari University of Florida (UF) menemukan inovasi baru dalam dunia peternakan: pakan tambahan berbahan dasar biji rami (flaxseed) dan protein kacang polong yang berpotensi mengurangi emisi metana pada sapi perah sekaligus meningkatkan efisiensi produksi susu.
Menurut penelitian, peternakan sapi adalah salah satu kontributor terbesar terhadap emisi gas rumah kaca (GRK). Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO) PBB, sektor peternakan secara keseluruhan menyumbang sekitar 14,5% dari total emisi GRK global, dan daging sapi menyumbang hampir 60% dari emisi tersebut.
Sapi menghasilkan metana (CH4) melalui proses pencernaan mereka, khususnya lewat fermentasi di perut. Metana adalah gas rumah kaca yang 25 kali lebih kuat daripada karbon dioksida (CO2) dalam memerangkap panas di atmosfer selama 100 tahun.
Seperti sapi pedaging, sapi perah secara alami juga menghasilkan gas metana saat mencerna makanan, terutama melalui sendawa. Metana merupakan gas rumah kaca yang sangat kuat dalam menjebak panas di atmosfer, sehingga kontribusinya terhadap perubahan iklim sangat besar.
Menurut Antonio Faciola, dosen di Departemen Ilmu Hewan UF dan pemimpin studi ini, "Setiap kali kita mengurangi produksi metana, kita mempertahankan energi tersebut di dalam tubuh sapi."
Artinya, jika sapi mengeluarkan lebih sedikit metana, lebih banyak energi dari pakan yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan susu atau daging. Ini bukan hanya berita baik untuk lingkungan, tetapi juga untuk produktivitas peternakan.
Baca juga: Bukan Pertanian, Ini Penghasil Terbesar Metana dari Sumber Alami
Dalam penelitian yang dipublikasikan di Journal of Dairy Science, tim Faciola menguji tambahan pakan berbahan dasar biji rami dan protein kacang polong. Bahan-bahan ini dipilih karena kaya akan asam lemak omega-3 dan protein yang mendukung proses pencernaan yang lebih baik.
James Vinyard, asisten profesor di University of Alaska dan mantan peneliti pascadoktoral di UF, memainkan peran kunci dalam penelitian ini. Ia melakukan simulasi pencernaan sapi di laboratorium untuk mengukur produksi metana dan mengamati bagaimana fermentasi di dalam rumen berubah ketika suplementasi diberikan.
Hasilnya sangat menjanjikan. Suplementasi ini mampu mengurangi produksi metana sekaligus meningkatkan efisiensi pencernaan. "Suplementasi ini memiliki banyak manfaat potensial," kata Faciola. "Selain bisa menurunkan emisi metana, ada kemungkinan juga dapat meningkatkan ketersediaan energi bagi sapi, yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan produksi susu."
Baca juga: Apa yang Harus Dilakukan untuk Mengurangi Gas Rumah Kaca?
Meski hasil laboratorium cukup menggembirakan, langkah berikutnya adalah melakukan uji coba langsung pada sapi di lapangan. Ini penting untuk memastikan apakah efek positif yang terlihat di laboratorium bisa direplikasi dalam kondisi nyata.
Dalam konteks global, inovasi ini menjadi sangat relevan. Dengan populasi dunia yang terus bertambah, kebutuhan akan pangan—termasuk susu dan daging—juga meningkat. "Kita perlu memastikan bahwa sapi dapat menghasilkan lebih banyak susu dengan jumlah pakan yang sama," ujar Faciola. "Kita harus lebih efisien untuk memberi makan lebih banyak orang."
Jika hasil uji lapangan nantinya mengkonfirmasi temuan ini, maka tambahan pakan berbahan dasar biji rami dan kacang polong ini bisa menjadi solusi penting untuk pertanian yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Baca juga: Apa Dampak dari Peningkatan Kadar Gas Rumah Kaca di Atmosfer Bumi?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.