Oleh: Inayah Hidayati
TUNGGULAH aku di Jakartamu
Tempat labuhan semua mimpiku
Tunggulah aku di kota itu
Tempat labuhan semua mimpiku
Baca juga: Ancaman Jakarta Tenggelam, Pemindahan IKN Saja Tak Akan Mencegahnya
Lirik lagu ‘Tunggu Aku di Jakarta’ yang dipopulerkan oleh Sheila on 7 pada tahun 2000-an hingga saat ini masih sangat relevan dengan fenomena migrasi penduduk ke Jakarta.
Masa arus balik Idulfitri biasanya menjadi momentum bagi pendatang baru ke Jakarta. Tidak sedikit ditemui wajah-wajah yang masih gugup di terminal, stasiun maupun bandara.
Ekspresi waswas bercampur dengan antusias tiba di kota penuh harapan.
Salah satu faktor yang mendorong para calon migran untuk mengadu nasib di Jakarta adalah melihat, mendengar dan merasakan cerita-cerita keberhasilan dari para migran sebelumnya yang pulang kampung.
Pengalaman kerabat, tetangga dan teman yang berhasil di Jakarta menjadi pendorong para calon migran untuk memutuskan pergi mencari pekerjaan di sana.
Informasi lowongan pekerjaan biasanya berasal dari koneksi dan pertemanan mereka. Sebagai contoh, migran yang pulang kampung mengajak tetangganya untuk ikut ke Jakarta untuk bekerja sebagai buruh di proyek pembangunan tempatnya bekerja.
Ada pula seorang karyawan di perusahaan startup menginformasikan kebutuhan designer di timnya. Informasi ketersediaan lapangan pekerjaan ini tentu saja semakin meyakinkan calon migran untuk merantau.
Apalagi dengan ditambah informasi jumlah upah dan lembur yang akan didapat, semakin bersemangatlah para pencari kerja mulai dari buruh hingga pekerja profesional untuk indah ke Jakarta dengan tujuan utama bekerja.
Sebagai pusat pemerintahan dan bisnis, Jakarta tumbuh dengan pesat. Kini Jakarta bisa disejajarkan dengan Singapura, Shanghai, London hingga New York.
Baca juga: BERITA FOTO: Penyebab Kualitas Udara Jakarta Juni Lalu Terburuk di Dunia
Pembangunan kota dan sarana pendukungnya termasuk sistem transportasi yang terpadu menjadikan Jakarta berkembang secara masif.
Lahan Jakarta yang terbatas membuat pembangunan hunian mengarah pada hunian vertikal. Migran pendatang dengan kapasitas dan akses sosial ekonomi yang lebih baik bisa mengakses tempat tinggal yang lebih baik seperti tinggal di apartemen maupun tempat tinggal eksklusif lainnya.
Namun dibalik gedung-gedung yang megah, perkembangan perkotaan biasanya menyisakan beberapa permasalahan.
Pemadatan penduduk dan pemukiman merupakan permasalahan perkotaan yang banyak ditemui dan ujung-ujungnya menumbuhkan slumps area atau lingkungan perumahan yang kumuh diantara ruang-ruang terbangun di kota-kota besar.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.