KOMPAS.com - Mendapatkan informasi prakiraan cuaca menjadi salah satu hal yang dibutuhkan sebelum menjalani aktivitas sehari-hari. Setidaknya, ini menolong kita untuk tahu potensi cuaca akan cerah atau hujan dan mempersiapkan diri.
Di Indonesia, informasi prakiraan cuaca setiap daerah dikeluarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Setiap pagi, kita bisa melihat informasi perkiraan cuaca yang dikeluarkan BMKG.
Namun, sebenarnya bagaimana proses BMKG hingga bisa mengeluarkan prakiraan cuaca setiap hari?
Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Miming Saepudin, menjelaskan, prakiraan cuaca dilakukan oleh seorang forecaster (prakirawan cuaca) yang dalam prosesnya didukung dengan alat-alat canggih.
Baca juga: BMKG: Musim Kemarau 2020 di Indonesia Cenderung Basah, Ini Faktor Pemicunya
Tentunya prakirawan cuaca perlu memiliki pengetahuan yang memadai tentang atmosfer. Tidak hanya itu, diperlukan juga pengalaman serta keberanian dalam membuat keputusan.
"Setiap daerah dan negara memiliki ciri kondisi cuaca yang khas, sehingga setiap prakirawan cuaca harus memahami karakteristik cuaca di tempat ia bertugas," ujar Miming saat dihubungi 优游国际.com beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan, pada dasarnya membuat prakiraan cuaca tak lepas dari kaidah ilmu fisika, ilmu matematika dan filosofi dinamika atmosfer. Sebelum membuat prakiraan cuaca, seorang prakirawan harus menganalisis kondisi cuaca.
Analisis dapat dilakukan terhadap fenomena yang sudah terjadi, mencakup penyebabnya dan peluang untuk fenomena kembali terjadi. Dalam hal ini, diperlukan keahlian menginterpretasikan atau memfilosofikan dinamika atmosfer.
Ini dimulai dari memahami jenis-jenis peta analisis permukaan hingga analisis peta udara atas, serta memahami fenomena dan sirkulasi udara baik yang sudah, sedang, maupun akan terjadi, serta faktor dominan apa yang sedang terjadi.
Baca juga: Benarkah New Normal Tingkatkan Polusi Udara Jakarta? Ini Kata BMKG
"Sehingga akan diketahui keadaan atmosfer yang sedang terjadi, dan selanjutnya dapat dijadikan referensi untuk memprediksi cuaca ke depan," katanya.
Miming menjelaskan, analisis cuaca dilakukan terhadap unsur cuaca seperti tekanan udara, arah dan kecepatan angin, kelembapan dan suhu udara, serta suhu muka laut.
Termasuk juga analisis pada data dari penginderaan jauh, seperti citra satelit cuaca atau radar cuaca, dan fenomena atmosfer lainnya seperti siklon tropis, serta fenomena gelombang atmosfer seperti Madden Jullian Oscillation (MJO).
Pembuatan prakiraan cuaca juga dibantu dengan tekhnologi pemodelan prediksi cuaca berbasis komputer yakni model Numerical Weather Prediction (NWP).
"Dari semua data dan informasi itu, seorang prakirawan cuaca kemudian menganalisis dan membuat keputusan sehingga menghasilkan produk prakiraan cuaca yang kemudian didiseminasikan ke seluruh stakeholder baik masyarakat dan instansi pemerintah terkait," jelas Miming.
Baca juga: BMKG Ungkap Pengaruh Cuaca terhadap Penyebaran Covid-19 di Indonesia
1. Pengamatan unsur-unsur cuaca dilakukan oleh Stasiun Meteorologi dan Klimatologi secara umum, serta oleh pelayanan khusus pada bandara, perkebunan, pelabuhan dan pelayaran kapal.