优游国际

KOMPAS.com - Keberlanjutan telah bertransformasi menjadi landasan utama dalam pengelolaan kekayaan dan strategi investasi para crazy rich atau Ultra High Net Worth Individuals (UHNWIs) dunia.

Pergeseran prioritas para crazy rich berjalan seiring dengan lanskap investasi global yang dinamis.

Pada 2013 silam, peningkatan filantropi yang lebih terlibat, termasuk impact investing dan venture philanthropy menjadi sorotan.

Tren ini semakin menguat dalam lima tahun terakhir, terutama di kalangan investor muda.

Baca juga: Tahun Depan, Rumah Subsidi FLPP Bakal Usung Konsep Bangunan Hijau

Lebih dari seperempat family office yang disurvei oleh Knight Frank (Knight Frank 150 survey) telah berinvestasi dalam keberlanjutan iklim dan lingkungan, dengan 42 persen berencana untuk mengimplementasikannya.

Dalam Next Generation Survey, angkanya bahkan lebih tinggi, yaitu 55 persen telah berinvestasi dan 45 persen berencana.

Menariknya, tiga perempat responden menyatakan akan memilih produk yang lebih ramah lingkungan meskipun harganya 20 persen lebih mahal.

Jika sebelumnya, fokus utama masih pada aspek "Environment" (lingkungan) dalam ESG, kini aspek "Social" (sosial) juga menunjukkan momentum yang signifikan.

Lebih dari seperlima (22 persen) responden telah mendukung seni, budaya, dan pelestarian warisan.

Baca juga: DBS Bank Tower Raih Sertifikat Bangunan Hijau Platinum dari GBCI

Sementara perawatan kesehatan dan penelitian medis menjadi kategori paling populer kedua untuk investasi di masa depan (setelah keberlanjutan iklim dan lingkungan).

Seperlima (21 persen) lainnya berencana untuk fokus pada seni.

Properti Berkelanjutan

Head of Global Occupier Research Knight Frank Lee Elliott mengatakan, integrasi ESG dalam investasi properti telah berkembang pesat.

Pada tahun 2020, 73 persen responden Attitudes Survey mencatat meningkatnya kesadaran di kalangan UHNWIs tentang perubahan iklim, dengan 45 persen khawatir tentang dampak lingkungan dari investasi properti mereka.

Sementara, pada tahun 2023, sebanyak 76 persen melaporkan pertimbangan lingkungan sebagai faktor kunci dalam keputusan investasi. Pada tahun 2024, dua pertiga secara aktif berupaya mengurangi emisi.

Survei family office juga menyoroti peningkatan investasi properti terkait ESG. Sekitar 28 persen telah berinvestasi dalam pembangkit listrik tenaga surya dan 24 persen dalam meningkatkan kinerja ESG properti komersial.

Baca juga: Axa Tower Kuningan City Raih Sertifikat Bangunan Hijau Kategori Silver

"Ke depan, kategori yang paling diminati adalah penyediaan energi terbarukan, dengan 29 persen mencari peluang dalam investasi penyimpanan baterai dan 22 persen dalam pembangkit listrik tenaga surya," tuturnya.

Meningkatnya minat pada sistem penyimpanan baterai kemungkinan disebabkan oleh potensi penyewaan kepada operator dengan nilai sewa yang lebih tinggi dan persyaratan luas lahan yang lebih rendah.

Dalam The Wealth Report edisi 2024, mulai terungkap bagaimana crazy rich memandang ESG dalam akuisisi real estat, dengan 61 persen mencari peringkat efisiensi energi dan 48 persen mencari tenaga terbarukan.

Investor secara lebih luas melihatnya melampaui sertifikasi hijau (disebutkan oleh 53 persen responden Survei Investor Properti ESG 2025) ke pengeluaran modal yang diperlukan untuk memenuhi regulasi terkait keberlanjutan pada masa depan (75 persen) dan data energi aktual (47 persen) yang diperlukan untuk memahami kinerja bangunan.