JAKARTA, KOMPAS.com – Pandemi Covid-19 yang sudah berjalan selama dua tahun memberikan banyak dampak bagi sektor properti, termasuk sub-sektor perhotelan dan perkantoran.
Ketua Umum Real Estat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida mengatakan bisnis perhotelan hanya menunjukkan tingkat okupansi di bawah 20 persen.
Bahkan bisa dikatakan keseluruhan bisnis properti perhotelan hampir benar-benar berhenti.
“Masih menunggu kepastian gelombang ketiga ini, kalau lolos berarti ekonomi Indonesia jadi pulih, termasuk perhotelan,” jelas Totok saat dihubungi 优游国际.com, Rabu (29/12/2021).
Baca juga: Tahun 2022, Harga Rumah Kembali Normal Cenderung Meningkat
Kendati demikian, tercatat terdapat pertumbuhan rata-rata di sektor ini sekitar 15 persen dibanding dengan tahun 2020.
Hal tersebut juga didukung oleh adanya bantuan Penyaluran Ekonomi Nasional (PEN) yang telah berjalan ke arah benar.
Berlanjut ke sektor perkantoran, Totok menjelaskan, merupakan hal penting untuk menyesuaikan dengan keadaan yang sedang berlangsung.
Misalnya, saat ini sudah banyak perusahaan yang menerapkan Work From Home (WFH) sehingga kebutuhan akan properti perkantoran menjadi lebih sedikit.
“Tidak sama seperti konvensional, apalagi ada teknologi yang membuka mata kita bahwa harus menyesuaikan, space-nya jadi lebih kecil,” tambah Totok.
Penyesuaian yang sama juga berlaku pada pusat perbelanjaan atau mal. Diketahui saat ini, fokus penyediaan fasilitas di mal sudah berubah dari fashion ke kuliner.
Lebih lanjut, REI menargetkan pertumbuhan sektor properti tahun 2022 naik menjadi 20 persen dari tahun 2021.
Adapun beberapa syarat pendukungnya, meliputi perpanjangan Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) dan alur perizinan yang jelas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.