优游国际

Baca berita tanpa iklan.
Arda Muhlisiun
Dosen

Pengajar film di Institut Kesenian Jakarta

Jumbo dan Masa Depan Animasi Indonesia

优游国际.com - 26/04/2025, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di
Editor

KESUKSESAN film Jumbo yang dirilis pada akhir Maret 2025, menciptakan gelombang optimisme baru dalam industri film Indonesia, terutama di genre animasi yang selama ini dianggap kurang begitu menggugah pasar lokal.

Dalam waktu kurang dari satu bulan, Jumbo berhasil menembus angka lebih dari enam juta penonton dan meraih pendapatan yang diperkirakan mencapai Rp 240 miliar.

Angka tersebut bukan hanya mencatatkan rekor sebagai film animasi lokal paling laris sepanjang masa, tapi juga membuktikan bahwa film animasi Indonesia telah lahir dengan sangat mengagumkan.

Kisah dalam Jumbo yang menyentuh dan menginspirasi tampaknya menjadi salah satu kunci utama keberhasilannya.

Cerita tentang Don, seorang anak yatim piatu bertubuh besar yang sering diremehkan, berhasil menjalin koneksi emosional dengan penonton dari berbagai lapisan usia.

Baca juga: Spectatorship dan Dekomodifikasi Agama dalam Film Jumbo

Buku dongeng peninggalan orangtuanya menjadi jembatan menuju petualangan magis, mempertemukannya dengan karakter Meri, seorang peri kecil yang mengubah hidup Don.

Dari sana, penonton diajak menyusuri dunia imajinatif penuh pesan moral—tentang keberanian, kasih sayang, serta pentingnya percaya pada diri sendiri.

Namun, keberhasilan film ini tentu tidak semata-mata karena ceritanya yang menyentuh. Secara teknis, Jumbo adalah pencapaian monumental bagi dunia animasi Indonesia.

Dibuat selama lima tahun oleh lebih dari 420 pekerja kreatif dalam negeri, film ini menampilkan kualitas visual dan animasi yang sangat kompetitif.

Dengan biaya produksi yang dilaporkan mencapai Rp 40 miliar—angka yang fantastis untuk produksi lokal—Visinema Studios bersama Springboard dan Anami Films berhasil membuktikan bahwa investasi besar dalam animasi lokal bukanlah taruhan yang sia-sia.

Justru, film ini menjadi bukti bahwa ketika talenta lokal diberikan ruang, dukungan, dan waktu, mereka dapat menghasilkan karya berkelas dunia.

Yang membuat Jumbo lebih istimewa adalah penetrasi pasar internasionalnya. Film ini tidak hanya menjadi primadona di bioskop Indonesia, tetapi juga didistribusikan ke 17 negara, termasuk Malaysia, Singapura, Rusia, dan beberapa negara di Asia Tengah dan Eropa Timur.

Pencapaian ini menjadi penanda bahwa cerita dari Indonesia, dengan segala nuansa lokalnya, mampu diterima oleh audiens global.

Hal ini tentu membuka mata banyak pihak bahwa potensi ekspor budaya melalui animasi adalah jalan strategis yang harus ditempuh, apalagi di tengah derasnya arus globalisasi konten.

Baca juga: Cetak 6 Juta Penonton, Film Jumbo Jadi Film Lebaran 2025 Terlaris

Namun, pertanyaan yang lebih penting kini adalah: apakah kesuksesan Jumbo bisa menjadi fondasi bagi keberlanjutan produksi film animasi Indonesia ke depan? Apakah ini hanya "keberuntungan" sesaat, atau awal dari revolusi industri animasi di Tanah Air?

Halaman:

Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau