DNIPRO, KOMPAS.com - Serangan pesawat nirawak (drone) Rusia menewaskan sedikitnya empat orang dan melukai 21 orang di Kota Dnipro, Ukraina timur, Jumat (28/3/2025) malam.
Drone tersebut juga merusak gedung-gedung tinggi dan memicu kebakaran di sebuah hotel, stasiun layanan, dan rumah-rumah warga.
Diketahui, baik Rusia maupun Ukraina telah meningkatkan serangan udara bahkan ketika Presiden AS Donald Trump mendesak Kremlin dan Kyiv untuk menyetujui gencatan senjata setelah lebih dari tiga tahun perang.
Baca juga: Perundingan AS-Rusia di Saudi Selesai, Agenda Utamanya Gencatan Senjata Parsial
Jumat malam, Rusia mengirim lebih dari 20 drone ke Dnipro, gubernur wilayah Dnipropetrovsk Sergiy Lysak menulis di akun Telegram resminya.
Lysak mengatakan empat orang tewas, dan pada Sabtu pagi ia mengirim pernyataan terbaru yang mengatakan jumlah yang terluka telah meningkat menjadi 21.
"Serangan besar-besaran itu menyebabkan kerusakan dan kebakaran skala besar. Sebuah kompleks hotel dan restoran, 11 rumah pribadi, garasi, dan sebuah stasiun layanan terbakar," katanya,
"Gedung-gedung tinggi dan mobil-mobil juga rusak," imbuhnya, dikutip dari AFP.
Pada Jumat, Presiden Rusia Vladimir Putin menyerukan agar pemerintahan transisi dibentuk di Ukraina dan berjanji bahwa tentaranya akan menghabisi pasukan Ukraina.
Sementara itu, Pesiden Ukraina Volodymyr Zelensky menolak seruan Putin untuk pemerintahan yang dijalankan PBB sebagai taktik terbaru pemimpin Rusia itu untuk menunda kesepakatan damai.
Sebelumnya, Rusia dan Ukraina saling menuduh telah melanggar komitmen untuk tidak menyerang fasilitas energi.
Justru serangan kedua belah pihak semakin membahayakan prospek penghentian sementara dan sebagian dalam perang tiga tahun tersebut.
Sejak kembali menjabat pada Januari, Trump telah mendorong gencatan senjata, dengan pelayaran di Laut Hitam menjadi bagian awal negosiasi.
Baca juga: Drone Rusia Bunuh 1 Keluarga Ukraina Jelang Perundingan Gencatan Senjata
Namun, kepala hak asasi manusia PBB pada Jumat mengatakan, seiring dengan pembicaraan ini, pertempuran di Ukraina telah meningkat, dan menewaskan serta melukai lebih banyak warga sipil.
"Angka korban dalam tiga bulan pertama tahun ini 30 persen lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu," kata Volker Turk kepada Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.