KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Kabinet Malaysia menyetujui upaya baru dalam pencarian terhadap puing-puing pesawat Malaysia Airlines bernomor penerbangan MH370, lebih dari satu dekade setelah pesawat itu menghilang.
BBC melaporkan, pencarian akan mencakup area seluas 15.000 km² di Samudra Hindia bagian selatan, berdasarkan kesepakatan "no find, no fee" dengan perusahaan eksplorasi Ocean Infinity.
Itu berarti, Ocean Infinity tidak akan menerima pembayaran jika gagal menemukan puing-puing pesawat tersebut. Pembayaran hanya akan diberikan jika pencarian berhasil menemukan apa yang dicari.
Baca juga: Apa Itu Broken Ridge dan di Mana? Lokasi Ini Diduga Jatuhnya MH370
Menteri Transportasi Malaysia, Loke Siew Fook mengatakan, perusahaan tersebut akan menerima 70 juta dollar AS (setara Rp 1,1 triliun) jika puing-puing pesawat itu ditemukan.
Pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 itu menghilang tahun 2014 dengan 239 orang di dalamnya pada perjalanan dari Kuala Lumpur ke Beijing.
Hilangnya pesawat tersebut merupakan salah satu misteri penerbangan terbesar di dunia dan terus menghantui keluarga para penumpang.
Meskipun pencarian ekstensif telah dilakukan selama bertahun-tahun sejak pesawat itu menghilang, tidak ada puing yang ditemukan.
Berbagai upaya sebelumnya, termasuk pencarian multinasional yang menelan biaya 150 juta dolar (Rp 2,4 triliun), berakhir pada 2017.
Pemerintah dari tiga negara yang terlibat, yaitu Malaysia, Australia, dan China, menyatakan bahwa pencarian hanya akan dilanjutkan jika muncul bukti baru yang kredibel mengenai lokasi pesawat tersebut.
Menurut BBC, pencarian puing pesawat itu oleh Ocean Infinity pada 2018 dengan kesepakatan serupa berakhir tanpa hasil setelah berjalan tiga bulan.
Desember lalu, Pemerintah Malaysia secara prinsip menyetujui upaya untuk melanjutkan pencarian. Namun, negosiasi final baru selesai pada Maret ini.
Persetujuan akhir Malaysia pada Rabu (19/3/2025) memungkinkan pencarian untuk dimulai lagi.
Loke menyatakan, "Pemerintah berkomitmen untuk melanjutkan operasi pencarian dan memberikan kepastian bagi keluarga penumpang MH370."
Penerbangan MH370 lepas landas dari Kuala Lumpur saat dini hari pada 8 Maret 2014. Kurang dari sejam setelah lepas landas, pesawat hilang kontak dengan pengawas lalu lintas udara, dan radar menunjukkan pesawat telah menyimpang dari jalur penerbangan yang direncanakan.
Baca juga: Teori Sains Ungkap Lokasi Jatuhnya MH370, Berikut Kronologi Pengungkapannya
Para penyelidik umumnya menyimpulkan, pesawat itu jatuh di Samudra Hindia bagian selatan, meskipun alasan pasti di balik kecelakaan tersebut belum dapat dipastikan.
Sejumlah puing, yang diyakini berasal dari pesawat itu, telah ditemukan terdampar di berbagai pantai di sepanjang Samudra Hindia dalam beberapa tahun setelah kejadian itu.
Hilangnya pesawat tersebut telah memunculkan berbagai teori konspirasi, termasuk spekulasi bahwa pilot sengaja menjatuhkan pesawat dan klaim bahwa pesawat ditembak jatuh oleh militer negara asing.
Penyelidikan pada 2018 terkait hilangnya pesawat itu menemukan bahwa sistem kendali pesawat kemungkinan telah dimanipulasi secara sengaja sehingga membuat pesawat menyimpang dari jalur, tetapi tidak bisa memastikan alasan atau pihak yang bertanggung jawab.
Para penyelidik saat itu menyatakan, "Jawaban yang pasti hanya bisa diperoleh jika puing-puing pesawat ditemukan."
Para penumpang dalam penerbangan itu berasal dari lebih dari selusin negara: hampir dua pertiganya warga negara China, warga Malaysia 38 orang, serta para penumpang dari Australia, Indonesia, India, Perancis, Ukraina, Amerika Serikat, dan beberapa negara lainnya.
Baca juga: MH370: 10 Tahun Berlalu, Misteri Terbesar Sejarah Penerbangan Masih Menggantung
Sejumlah anggota keluarga penumpang MH370 asal China bertemu dengan pejabat China di Beijing pada awal Maret untuk membahas pencarian baru terhadap puing-puing pesawat, serta menyampaikan harapan mereka agar pencarian dilakukan secara independen.
Beberapa kerabat mengungkapkan kekecewaan mereka atas kurangnya komunikasi langsung dari pihak berwenang Malaysia.
"Dijanjikan bahwa kami akan diberi tahu segera, (tetapi) kami justru hanya bisa mengetahui berita seperti ini melalui internet," kata Li Eryou (68), ayah yang kehilangan putranya berusia 29 tahun.
"Banyak keluarga bahkan tidak memiliki akses terhadap informasi ini, sehingga mereka sama sekali tidak mengetahuinya," katanya kepada AFP.
Sejumlah keluarga yang berduka berkumpul di depan Kedutaan Besar Malaysia di Beijing pada peringatan 11 tahun hilangnya pesawat tersebut awal bulan ini sambil berteriak, "Kembalikan orang-orang yang kami cintai!"
Cheng Liping, yang suaminya berada di Malaysia untuk syuting film dan sedang dalam perjalanan pulang ke China dengan MH370, mengatakan bahwa dia berharap Beijing dapat lebih banyak berkomunikasi dengan Malaysia untuk mengungkap kebenaran.
"Kami semua masih terperangkap dalam kesedihan," ungkapnya kepada wartawan. "Hingga saat ini, misteri tentang apa yang sebenarnya terjadi masih belum terpecahkan."
Pengumuman tentang upaya pencarian baru pada Desember lalu mendapat tanggapan beragam dari keluarga para penumpang.
Sebagian melihatnya sebagai langkah maju menuju kepastian, sedangkan yang lain menyebutnya sebagai kabar yang membawa harapan sekaligus kesedihan.
Baca juga: Malaysia Siap Bayar Rp 1,1 Triliun jika Pesawat MH370 Ditemukan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.