SEOUL, KOMPAS.com – Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol terus mendapatkan pujian atas kebijakan luar negerinya yang tegas, terutama dalam mendukung Amerika Serikat dan NATO.
Namun, ketegangan domestik yang meningkat dan keputusan mengejutkan untuk memberlakukan darurat militer pada Desember lalu telah menodai reputasi kepresidenannya dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan sekutu.
Sejak terpilih pada 2022, Yoon dikenal dengan pendekatan luar negeri yang lebih pro-Barat, terutama dalam menghadapi tantangan dari China dan Korea Utara.
Baca juga: Minim Pengalaman Tempur, Ratusan Tentara Korea Utara Tewas di Kursk
Pidatonya yang berbicara tentang kebebasan, hak asasi manusia, dan supremasi hukum telah membawa Korea Selatan semakin dekat dengan Washington dan negara-negara Barat lainnya.
Dilansir Reuters, sekutu-sekutunya memuji Yoon atas kebijakan yang menjadikan Korea Selatan sebagai negara poros global, terutama terkait dengan Laut China Selatan, Taiwan, dan Ukraina.
Namun, ketegangan dalam negeri semakin meningkat, dengan Yoon terlibat dalam perselisihan dengan oposisi.
Pada 3 Desember 2024, Yoon mengejutkan negara dan dunia dengan memberlakukan darurat militer, yang hanya berlangsung enam jam sebelum dicabut akibat protes dari parlemen.
Keputusan tersebut mengguncang reputasi Yoon sebagai seorang pemimpin demokratis dan memicu kekhawatiran tentang kembalinya otoritarianisme di Korea Selatan.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan dan diplomat Barat lainnya mengungkapkan rasa terkejut mereka terhadap langkah darurat militer Yoon.
Meskipun negara-negara Barat cenderung tidak mencampuri urusan domestik Korea Selatan, mereka khawatir bahwa tindakan tersebut bisa merusak reputasi negara ini sebagai salah satu demokrasi terbesar di Asia.
Baca juga: Untuk Pertama Kalinya, Pasukan Korea Utara yang Bantu Rusia Tewas di Kursk
Para kritikus menilai kebijakan domestik Yoon yang keras terhadap oposisi dan media, serta kebijakan luar negeri yang semakin dekat dengan AS, menyebabkan ketegangan internal yang berdampak pada kredibilitas internasionalnya.
Beberapa diplomat, seperti Philip Turner, menilai bahwa Yoon telah menunjukkan kecenderungan otokratis sejak awal pemerintahannya, meskipun hal tersebut dianggap sebagai taktik kekuatan politik yang khas.
Sebagai akibat dari ketegangan politik domestik, Yoon sekarang menghadapi pemakzulan dan ancaman terhadap kelanjutan masa jabatannya. Meski demikian, kebijakan luar negeri yang mendukung AS dan Barat tetap menjadi aspek yang dipuji oleh sekutu-sekutunya.
Baca juga: 30 Tentara Korea Utara Tewas dan Terluka di Kursk Rusia
Namun, jika Yoon digulingkan, tantangan besar akan dihadapi oleh pemimpin berikutnya untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan domestik dan hubungan luar negeri yang semakin kompleks.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.