GAZA, KOMPAS.com - Warga Palestina yang berada di Gaza utara kini bertahan hidup hanya dengan roti saja. Pasalnya, harga sayuran tinggi, termasuk bawang dijual Rp 1,1 juta sekilonya.
Sayur-sayuran, buah-buahan dan daging tak mudah didapatkan warga. Jadi, hanya roti yang dapat membuat mereka bertahan hidup di tengah perang Israel-Hamas.
Sebagaimana diberitakan Reuters pada Sabtu (15/6/2024), makanan yang bisa ditemukan di pasar dijual dengan harga selangit.
Baca juga: Kelompok Israel Serang Bantuan Gaza, AS Bakal Jatuhkan Sanksi
Mereka mengatakan, satu kilo paprika hijau, yang harganya sekitar satu dolar (Rp 16.000) sebelum perang, kini dihargai 320 shekel atau hampir $90 (Rp 1,5 juta). Para pedagang meminta $70 (Rp 1,1 juta) hanya untuk satu kilo bawang.
"Kami kelaparan, dunia telah melupakan kami," kata Um Mohammed, ibu enam anak di Kota Gaza.
Dia tetap di sana selama lebih dari delapan bulan pemboman Israel. Namun dia dan keluarganya telah beberapa kali meninggalkan rumah mereka menuju tempat perlindungan yang ditunjuk di sekolah-sekolah PBB.
"Kecuali tepung, roti, kami tidak punya apa-apa lagi, tidak punya apa-apa untuk dimakan, jadi kami makan roti saja," ujarnya.
Pada akhir Mei, militer Israel mencabut larangan penjualan makanan segar ke Gaza dari Israel dan Tepi Barat yang diduduki, kata pejabat Palestina dan pekerja bantuan internasional.
Namun dalam unggahan di media sosial, warga Gaza menuduh pedagang yang tidak bermoral mengeksploitasi kebutuhan dengan membeli barang dengan harga reguler di Israel dan Tepi Barat dan menjualnya dengan harga yang sangat mahal.
Baca juga: Warga Gaza Kritik Pemimpin Hamas, Ingin Perang Segera Usai
Mereka mengatakan para pedagang mengambil keuntungan dari lemahnya kepolisian di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas.
"Tidak ada daging atau sayur-sayuran dan jika ada sesuatu yang tersedia, maka akan dijual dengan harga fiktif yang luar biasa," tutur Um Mohammed kepada Reuters.
Aliran bantuan PBB di wilayah Palestina yang hancur telah sangat terhambat sejak dimulainya operasi militer Israel di Rafah di Gaza selatan, pintu gerbang utama ke wilayah tersebut dari Mesir.
Israel berada di bawah tekanan global yang semakin besar untuk meringankan krisis ini ketika lembaga-lembaga kemanusiaan memperingatkan akan terjadinya kelaparan.
"Sebagian besar penduduk Gaza kini menghadapi bencana kelaparan dan kondisi seperti kelaparan,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada hari Rabu.
Tedros mengatakan lebih dari 8.000 anak balita di Gaza telah didiagnosis dan dirawat karena kekurangan gizi akut, termasuk 1.600 anak dengan kekurangan gizi akut yang parah.
Sementara Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan pada hari Jumat bahwa 27 anak telah meninggal karena kekurangan gizi di wilayah tersebut sejak dimulainya perang pada bulan Oktober lalu.
Baca juga: PBB: Banyak Pihak Desak Hamas Laksanakan Gencatan Senjata di Gaza Tanpa Syarat
"Tragedi kemanusiaan melanda Gaza utara dan hantu kelaparan mulai terlihat di udara," terang kementerian tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.