MANILA, KOMPAS.com - Gelombang panas yang memecahkan rekor yang melanda Filipina pada April tidak akan mungkin terjadi tanpa krisis iklim.
Para ilmuwan menyebut, panas terik di atas 40 Celcius (104F) melanda seluruh Asia pada bulan April.
Hal ini menyebabkan kematian, kekurangan air, gagal panen, dan penutupan sekolah secara luas.
Baca juga: Sebut China Bangun Pulau Buatan di Laut China Selatan, Filipina Kerahkan Kapal
Studi tersebut menemukan bahwa suhu panas ekstrem 45 kali lebih mungkin terjadi di India dan lima kali lebih mungkin terjadi di Israel dan Palestina.
Dilansir dari Guardian, para ilmuwan mengatakan suhu tinggi memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah mengerikan di Gaza, di mana para pengungsi tinggal di tempat penampungan yang penuh sesak dengan sedikit akses terhadap air.
Hasil studi terbaru yang menilai peran pemanasan global yang disebabkan aktivitas manusia dalam memperburuk cuaca ekstrem menunjukkan betapa parahnya dampak yang ditimbulkan, dengan rata-rata pemanasan hanya 1,2 Celcius di atas tingkat pra-industri selama empat tahun terakhir.
Gelombang panas ekstrem lainnya melanda Afrika barat dan Sahel pada akhir Maret, lagi-lagi menyebabkan kematian, dan mencapai 48,5 Celcius di Mali.
Kematian akibat panas ekstrem tidak tercatat dengan baik di banyak negara, namun penelitian sebelumnya menunjukkan jutaan orang meninggal lebih awal dalam dua dekade terakhir.
Di Eropa, dimana pencatatannya lebih baik, kematian akibat cuaca panas meningkat sebesar 25 persen dalam satu dekade terakhir.
Para ilmuwan memperingatkan kemungkinan yang lebih buruk akan terjadi.
Baca juga: 2 Dinasti Politik Terbesar Filipina Berselisih, Akankah Hubungan Marcos-Duterte Retak?
Jika suhu global naik hingga 2 Celcius, panas ekstrem yang terjadi di bulan April diperkirakan akan terulang setiap dua hingga tiga tahun sekali di Filipina dan setiap lima tahun di Israel, Palestina, dan negara-negara sekitarnya.
Ratusan ilmuwan iklim terkemuka dunia mengatakan bahwa mereka memperkirakan tidak adanya tindakan global dalam mengakhiri pembakaran bahan bakar fosil akan mengakibatkan pemanasan setidaknya 2,5 Celcius.
“Dari Gaza, Delhi, hingga Manila, banyak orang menderita dan meninggal ketika suhu di Asia melonjak pada bulan April,” kata Dr Friederike Otto dari Imperial College London, bagian dari tim studi World Weather Attribution (WWA).
Baca juga: Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China
“Panas tambahan yang disebabkan oleh emisi minyak, gas, dan batu bara menyebabkan kematian banyak orang," tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.