Tapi masalahnya mungkin juga karena fasilitas pemanas itu berada di lokasi yang sensitif, yaitu di dalam pabrik amunisi yang aktif.
Pengaturan antara industri militer dan infrastruktur sipil seperti itu memang umum terjadi di era Uni Soviet.
Pabrik amunisi itu sudah diprivatisasi pada 2001, tetapi struktur kepemilikannya belum dipublikasikan sampai saat ini.
Menurut berita di media Rusia, para manajer pabrik itu adalah orang-orang yang dekat dengan Kremlin.
Direktur pabrik tersebut, Igor Kushnikov, adalah mantan kolonel badan intelijen Rusia, FSB. Pada Mei 2023, dia menggantikan Igor Rudyka—yang kabarnya merupakan salah satu mantan pengawal Putin.
Meskipun beberapa insiden terkait pemanasan terjadi setiap musim dingin di Rusia, pada musim ini terjadi kegagalan pemanasan berturut-turut di banyak kota, mulai dari Novosibirsk di Siberia, Moskwa, St Petersburg, sampai di Kaliningrad.
Baca juga: Pesawat Rusia Jatuh di Pegunungan Afghanistan, Ada 6 Orang di Dalamnya
Secara tradisional Rusia sebenarnya memandang dirinya sebagai negara adidaya energi.
Menyusul invasi besar-besaran ke Ukraina, para propagandis bahkan memeperingatkan Uni Eropa dan mengancam akan "membekukan" Eropa dengan menghentikan pengiriman gas.
Namun, hampir dua tahun setelah perang, pemanasan di Eropa tampak stabil menghadapi musim dingin ekstrem, sedangkan banyak warga Rusia harus kedinginan.
Pihak berwenang Rusia juga tampaknya menyadari masalah ini. Baru-baru ini, Kremlin mulai mengambil peran langsung dalam mengelola jaringan pemanas. Pemerintah pusat juga memberi sinyal akan memberikan lebih banyak dana.
"Kami masih menggunakan infrastruktur komunal yang dibuat pada era Soviet,” kata Svetlana Razvorotneva, anggota parlemen Rusia dan anggota komisi yang membidangi teknik perkotaan.
"Kami tidak berinvestasi pada modernisasi. Sebaliknya, kami berinvestasi pada pemeliharaan semua infrastruktur yang sudah ketinggalan zaman.”
Dia menambahkan bahwa sekitar 40 persen jaringan pemanas komunal perlu segera diganti. Menurut dia, Rusia sekarang bermaksud memodernisasi sistem tersebut, yaitu dengan investasi senilai 150 miliar rubel, setara Rp 26,32 triliun, dalam dua tahun ke depan.
Baca juga: Istri Tentara Rusia Berteriak di Markas Kampanye Putin: Pulangkan Suami Saya!
Artikel ini pernah dimuat di DW Indonesia dengan judul .
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.