WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Hampir separuh negara di dunia mengalami penurunan kekuatan demokrasi, sebuah lembaga pemikir internasional mengatakan pada Kamis (2/11/2023).
Dalam laporan tahunannya, Institut Internasional untuk Demokrasi dan Bantuan Pemilu (IDEA) mengatakan bahwa 85 dari 173 negara yang disurvei mengalami penurunan setidaknya pada satu indikator utama kinerja demokrasi dalam lima tahun terakhir.
Kemunduran tersebut meliputi pemilu yang cacat hingga hak-hak yang dibatasi, termasuk kebebasan berekspresi dan hak berkumpul, kata badan pengawas yang berbasis di Stockholm.
Baca juga: Biden Tegaskan Akan Maju Lagi dalam Pilpres AS, Sebut Trump Ingin Hancurkan Demokrasi
Variabel lainnya termasuk keterwakilan, partisipasi, dan supremasi hukum.
Dilansir dari DW, laporan tersebut menyebutkan, penurunan kesetaraan kelompok sosial di Amerika Serikat, kebebasan pers di Austria, dan akses terhadap keadilan di Inggris sebagai contoh perkembangan yang memprihatinkan.
“Singkatnya, demokrasi masih dalam masalah, stagnan, dan menurun di banyak tempat,” kata Sekretaris Jenderal IDEA Kevin Casas-Zamora.
Meskipun Eropa masih menjadi kawasan dengan kinerja tertinggi, beberapa negara demokrasi mapan termasuk Austria, Hongaria, Luksemburg, Belanda, Polandia, Portugal, dan Inggris sedang mengalami kemunduran.
Sementara itu, negara-negara seperti Azerbaijan, Belarus, Rusia, dan Turkiye memiliki kinerja jauh di bawah rata-rata Eropa.
“Ini adalah tahun keenam kita melihat lebih banyak negara mengalami kemunduran demokrasi dibandingkan perbaikan,” kata petugas program IDEA, Michael Runey.
“Kami juga melihat penurunan di negara-negara demokrasi yang secara historis memiliki kinerja tinggi di Eropa, Amerika Utara, dan Asia," tambahnya.
Baca juga: Blinken Ajak ASEAN Tekan Junta Myanmar Hentikan Kekerasan dan Kembali ke Demokrasi
Apa yang melatarbelakangi penurunan tersebut?
Lembaga think tank tersebut mengatakan, penurunan kinerja demokrasi harus dilihat bersamaan dengan krisis biaya hidup, perubahan iklim, dan invasi Rusia ke Ukraina, yang menimbulkan tantangan besar bagi para pemimpin terpilih.
Laporan ini secara khusus mencatat penurunan yang terkait dengan pandemi Covid-19.
Casas-Zamora mengatakan bahwa meskipun institusinya mengalami kemunduran, ia tetap mempertahankan harapan dalam bentuk-bentuk checks and balances yang demokratis.
Baca juga: Pemilu Thailand: Pelopor Pro-demokrasi Pita Limjaroenrat Hadapi Ancaman Diskualifikasi
“Namun, meski banyak lembaga formal seperti legislatif melemah, ada harapan bahwa sistem checks and balances yang lebih informal, mulai dari jurnalis hingga penyelenggara pemilu dan komisioner antikorupsi, dapat berhasil melawan tren otoriter dan populis,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.