JENEWA, KOMPAS.com - Duta Besar China untuk PBB meminta Amerika Serikat (AS) untuk lebih fleksibel dalam berurusan dengan Korea Utara.
Pernyataan itu disampaikan Beijing ketika bergabung dengan yang lain untuk membatalkan pernyataan bersama Dewan Keamanan yang dirancang AS, yang mengutuk peluncuran rudal Pyongyang baru-baru ini, menurut para diplomat.
Baca juga: AS, Inggris, dan Perancis Minta PBB Segera Gelar Pertemuan Bahas Rudal Korea Utara
Washington telah mengusulkan sebuah pernyataan yang mengecam peluncuran itu, tetapi China dan Rusia, bersama dengan negara-negara lain, menolak menandatanganinya, kata para diplomat itu kepada kantor berita AFP, pada Jumat (4/2/2022).
“Jika mereka ingin melihat beberapa terobosan baru, mereka harus menunjukkan lebih banyak ketulusan dan fleksibilitas,” kata duta besar China untuk PBB, Zhang Jun, tentang pejabat AS menjelang pertemuan tertutup yang diadakan atas permintaan Washington tentang Korea Utara.
“Mereka harus datang dengan pendekatan, kebijakan dan tindakan yang lebih menarik dan lebih praktis, lebih fleksibel dan mengakomodasi kekhawatiran DPRK,” kata Zhang kepada wartawan, menggunakan inisial nama resmi Korea Utara.
“Apa yang saya lihat adalah kunci dalam menyelesaikan masalah ini sudah ada di tangan Amerika Serikat.”
Baca juga: Korea Utara Uji Coba Rudal Terbesar sejak 2017, AS Serukan Pembicaraan
Rezim Kim Jong Un melakukan tujuh uji coba senjata yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Januari, termasuk meluncurkan rudal paling kuatnya sejak 2017, dan mengisyaratkan dapat memulai kembali uji coba nuklir dan jarak jauh.
Pejabat China mencatat bahwa sebagai akibat dari kebijakan mantan Presiden AS Donald Trump tentang Korea Utara, Pyongyang telah menangguhkan uji coba nuklir dan peluncuran rudal balistik internasional.
Namun, dalam beberapa bulan terakhir, Zhang menyesalkan, "kita telah melihat akibat buruk konfrontasi, kecaman, sanksi".
China dan Rusia telah memblokir tindakan Dewan Keamanan PBB di Korea Utara, dan tahun lalu mengusulkan resolusi yang akan meringankan sanksi terhadap Pyongyang atas dasar kemanusiaan. Tetapi rancangan tersebut belum dimasukkan ke pemungutan suara karena kurangnya dukungan.
"Setidaknya kami melakukan sesuatu untuk memfasilitasi perbaikan lebih lanjut dan menghindari eskalasi ketegangan," kata Zhang.
Baca juga: Korea Utara Konfirmasi Peluncuran Rudal Terbesarnya Sejak 2017
Setelah pertemuan itu, utusan AS untuk badan dunia, Linda Thomas-Greenfield, mengatakan proposal China-Rusia untuk melonggarkan sanksi akan secara efektif memberi “hadiah” kepada Korea Utara atas apa yang disebutnya "perilaku buruk".
“Tidak ada alasan bagi Dewan ini untuk memberi penghargaan kepada mereka untuk sembilan tes dalam satu bulan dan hampir sebanyak tahun-tahun sebelumnya,” katanya kepada wartawan dilansir Al Jazeera pada Sabtu (5/2/2022).
“Menghabiskan jutaan dolar untuk tes militer ketika orang-orang Anda kelaparan menunjukkan bahwa negara ini tidak peduli dengan rakyatnya sendiri.”
Pertemuan Jumat (4/2/2022) di Korea Utara adalah yang ketiga dalam waktu sebulan.