Keputusan itu muncul beberapa pekan setelah Badan Energi Nuklir Dunia di bawah Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyetujui rencana tersebut.
Sekitar 1,34 juta ton air--cukup untuk mengisi 500 kolam ukuran Olimpiade--telah terakumulasi sejak tsunami pada 2011 silam yang merusak PLTN tersebut.
Air itu akan dilepas lebih dari 30 tahun setelah melalui proses penyaringan dan pengenceran.
Pihak berwenang akan meminta operator PLTN untuk "segera mempersiapkan" pembuangan yang akan dimulai pada 24 Agustus jika cuaca dan kondisi laut mendukung, kata Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, setelah pertemuan kabinet pada Selasa (22/8/2023).
Kishida telah mengunjungi PLTN pada Minggu (20/8/2023), mendorong spekulasi bahwa pelepasan air sudah dekat.
Pemerintah Jepang mengatakan bahwa pelepasan air adalah langkah penting dalam proses penonaktifan PLTN yang panjang dan mahal. PLTN itu terletak di pantai timur Jepang, sekitar 220 km sebelah timur laut ibukota Tokyo.
Tsunami 2011, yang dipicu oleh gempa berkekuatan 9,0, dianggap sebagai bencana nuklir terburuk di dunia sejak Chernobyl.
Tak lama setelah itu, pihak otoritas mendirikan zona eksklusi yang terus diperbesar ketika radiasi bocor dari pabrik. Lebih dari 150.000 warga terpaksa mengungsi dari daerah tersebut.
Rencana untuk melepaskan air dari pabrik telah menimbulkan kekhawatiran di seluruh Asia dan kawasan Pasifik sejak disetujui oleh pemerintah Jepang dua tahun lalu.
Namun, nelayan di wilayah tersebut masih takut pembuangan air PLTN yang diolah akan mencemari ikan tangkapan dan mempengaruhi mata pencaharian mereka.
TEPCO (Perusahaan Listrik Tokyo) telah menyaring air untuk menghilangkan lebih dari 60 zat radioaktif, tetapi air itu tidak akan sepenuhnya bebas radiasi karena masih mengandung tritium dan karbon-14, yakni isotop radioaktif hidrogen dan karbon.
Masing-masing zat tidak dapat dengan mudah dihilangkan dari air.
Namun, para ahli meyakini zat-zat tersebut tidak berbahaya kecuali dikonsumsi dalam jumlah besar.
Sementara, Korea Selatan telah mendukung rencana tersebut, dan menuduh para penentang hanya menakut-nakuti.
Penduduk yang tinggal di dalam dan sekitar Fukushima juga tidak yakin bahwa air yang diolah akan aman dan banyak nelayan di negara itu khawatir bahwa pelepasan itu akan mempengaruhi mata pencaharian mereka.
Baik Korea Selatan maupun China telah melarang impor ikan dari kawasan Fukushima.
/global/read/2023/08/24/161400570/cara-jepang-olah-dan-buang-air-limbah-pltn-fukushima-ke-laut