"Menteri Luar Negeri Rusia menegaskan kembali komitmen Moskwa untuk penyelesaian konflik politik-diplomatik, menyebutkan ada hambatan serius untuk dimulainya kembali pembicaraan damai yang dibuat oleh pihak Ukraina dan para mentor Baratnya," kata Kementerian Luar Negeri Rusia, dikutip dari kantor berita AFP.
Selama pertemuan dengan Li, yang merupakan Duta Besar China di Rusia pada 2009-2019, Lavrov juga memuji posisi seimbang Beijing di Ukraina.
Meski China mengaku sebagai pihak netral dalam konflik Ukraina, mereka dikritik karena menolak mengecam invasi Moskwa.
"Kedua pihak menyatakan kesiapan untuk lebih memperkuat kerja sama kebijakan luar negeri Rusia-China, yang selalu ditujukan untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan dan planet ini secara keseluruhan," lanjut Kemlu Rusia.
Secara terpisah, Li juga bertemu dengan dua deputi Lavrov yaitu Mikhail Galuzin dan Andrei Rudenko.
"Kekhawatiran diungkapkan tentang konsekuensi berbahaya dari meningkatnya keterlibatan negara-negara NATO dalam konflik Ukraina, (dan) tindakan mereka untuk memiliterisasi Ukraina," ujar kementerian tersebut, mengacu pada pertemuan antara Galuzin dan Li.
Kunjungan utusan China ke ibu kota Rusia terjadi setelah Li bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Kyiv awal bulan ini.
Li mengatakan, "Tidak ada obat mujarab untuk menyelesaikan krisis".
Sejak awal serangan Rusia di Ukraina, Beijing dan Moskwa semakin dekat di bawah kemitraan yang berfungsi sebagai benteng diplomatik melawan Barat.
Presiden China Xi Jinping mengunjungi Moskwa pada Maret dan mengatakan bahwa hubungan kedua negara memasuki era baru.
/global/read/2023/05/27/110400570/rusia-bilang-ke-china-ada-hambatan-serius-dalam-pembicaraan-damai-dengan