Soleimani, yang merupakan komandan Pasukan Quds, sayap elite garda revolusi, tewas di dekat Bandara Baghdad, Irak, Januari 2020.
Dia tewas setelah mobil yang ditumpanginya bersama milisi yang bersekutu dengan Teheran ditembak drone AS.
Kematian Qasem Soleimani membuat AS dan Iran nyaris terlibat perang terbuka, sebelum Teheran "menghujani" pangkalan AS di Irak menggunakan rudal.
Dalam publikasi Sabtu (8/5/2021), Yahoo News memaparkan keterlibatan Israel dalam pembunuhan sang jenderal top.
Dilansir Russian Today, terungkap rencana untuk menyingkirkan Soleimani terjadi masa awal pemerintahan Presiden Donald Trump.
Bukti itu dikumpulkan melalui wawancara terhadap 15 pejabat AS, baik yang masih aktif maupun sudah mundur.
Selain pasukan khusus AS, operasi itu melibatkan berbagai cabang militer maupun dinas intelijen AS.
Anggota Komando Operasi Khusus Gabungan AS terbang ke Tel Aviv, dan membahas melacak jejak ponsel Soleimani.
Pria yang digadang-gadang sebagai calon pemimpin tertinggi Iran itu dilaporkan mengganti ponselnya beberapa kali sebelum serangan.
Meski begitu, Tel Aviv disebut sudah mengetahui nomor terakhir, dan segera menyerahkannya ke telik sandi "Negeri Uncle Sam".
Tidak disebutkan unit mana yang membantu Washington. Hanya disebut mereka merupakan "mitra" dari AS.
Israel melalui Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sudah melontarkan bantahan mereka bertanggung jawab atas kematian Soleimani.
"Pembunuhan Qasem Soleimani bukanlah agenda kami. Melainkan agenda AS. Kami tidak terseret maupun terlibat," ujar Netanyahu.
Sementara dua badan utama keamanan Israel, Mossad dan direktorat intelijen militer, menyatakan mereka "menjaga jarak".
Jika artikel itu benar, ini bukanlah hal baru bagi Teheran, yang berulang kali menuding musuh bebuyutannya itu sudah menyabotase mereka.
"Negeri Para Mullah" sebelumnya menyebut sang rival sebagai dalang serangan di fasilitas nuklir Natanz, hingga kapal tanker.
/global/read/2021/05/09/141459870/muncul-bukti-keterlibatan-israel-dalam-pembunuhan-jenderal-top-iran