优游国际

Baca berita tanpa iklan.
Desi Sommaliagustina
Dosen

Dosen, Penulis dan Peneliti Universitas Dharma Andalas, Padang

Apakah Dosen di Indonesia Cukup Sejahtera untuk Fokus Penelitian?

优游国际.com - 18/03/2025, 12:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di
Editor

WAKIL Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Stella Christie, dalam berbagai kesempatan menyoroti lemahnya riset dan inovasi di perguruan tinggi Indonesia dibandingkan dengan luar negeri.

Kritik ini tentu bukan hal baru. Namun, apakah membandingkan begitu saja tanpa melihat realitas kesejahteraan dosen di Indonesia merupakan pendekatan yang adil?

Ketika berbicara tentang peningkatan riset dan inovasi, kita perlu terlebih dahulu menanyakan: apakah dosen di Indonesia sudah cukup sejahtera untuk fokus pada penelitian?

Faktanya, banyak dosen masih bergelut dengan kesejahteraan yang jauh dari ideal. Gaji pokok seorang dosen negeri dengan pangkat asisten ahli berkisar antara Rp 2,5 juta hingga Rp 4 juta per bulan, sementara dosen swasta bisa lebih rendah lagi.

Tentu ada tunjangan yang menyertai, tetapi apakah angka ini cukup untuk menunjang kehidupan layak, apalagi membiayai penelitian?

Baca juga: Mengkritisi Skema Tukin Dosen yang Baru

Sebagai perbandingan, di negara-negara yang sering dijadikan benchmark seperti Amerika Serikat, Jerman, atau Australia, dosen memiliki pendapatan yang memungkinkan mereka fokus pada penelitian tanpa harus mencari pekerjaan sampingan atau bergantung pada hibah yang tidak selalu tersedia.

Salah satu faktor utama dalam meningkatkan kualitas penelitian adalah kesejahteraan akademisi, khususnya dosen.

Hingga kini, kesejahteraan dosen di Indonesia masih menjadi perdebatan panjang. Banyak dosen, terutama di perguruan tinggi negeri, menghadapi tantangan finansial yang signifikan.

Gaji pokok dosen sering kali belum mencukupi kebutuhan hidup yang layak, sehingga mereka harus mencari sumber pendapatan tambahan, baik melalui proyek penelitian, mengajar di lebih dari satu institusi, atau bahkan pekerjaan di luar akademik.

Dalam kondisi seperti ini, membandingkan penelitian di Indonesia dengan luar negeri tanpa memperhitungkan kesejahteraan dan fasilitas yang tersedia bagi dosen menjadi kurang relevan.

Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang memiliki sistem pendanaan penelitian yang kuat, insentif bagi peneliti, serta lingkungan akademik yang mendukung eksplorasi ilmiah.

Di Indonesia, dana penelitian sering kali terbatas, birokrasi berbelit, dan banyak akademisi harus berjuang mendapatkan hibah penelitian yang jumlahnya tidak selalu memadai.

Baca juga:

Ironi: Dosen yang izin belajar dilarang meneliti

Persoalan lain yang menjadi ironi dalam sistem pendidikan tinggi di Indonesia adalah kebijakan pelarangan dosen yang sedang izin belajar untuk melakukan penelitian.

Padahal, banyak dari mereka yang menempuh pendidikan lanjut dengan biaya sendiri tanpa beban dari institusi asalnya. Mengapa mereka tidak diperbolehkan meneliti?

Kebijakan ini bertentangan dengan semangat akademik dan pengembangan keilmuan. Seharusnya, dosen yang tengah menempuh pendidikan lanjut justru diberikan kesempatan lebih luas untuk meneliti karena mereka memiliki akses ke sumber daya akademik yang lebih besar dan jejaring internasional yang dapat memperkaya penelitian nasional.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau