KOMPAS.com - Bulan Ramadhan 1443 Hijriah akan segera tiba. Penentuan awal bulan Ramadhan menjadi saat yang dinantikan umat muslim di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia.
Sebab, di bulan Ramadhan, umat Muslim akan menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh. Di Indonesia sendiri, penentuan awal bulan puasa pernah beberapa kali mengalami perbedaan.
Hal ini bukan tanpa alasan, sebab ada dua metode yang digunakan dalam penentuan awal Ramadhan, yakni metode hisab dan metode rukyat.
Apa itu metode hisab dan metode rukyat? Berikut penjelasannya
Baca juga: Kapan Awal Puasa 2022 dan Cara Menentukan Ramadhan: NU, Muhammadiyah, dan Pemerintah
Kasubdit Hisab dan Rukyat Direktorat Jenderal Bina Masyarakat (Ditjen Bimas) Islam Kementerian Agama (Kemenag), Ismail Fahmi, dalam berita 优游国际.com (15/3/2021), menjelaskan dua perbedaan metode ini.
Hisab merupakan metode menghitung posisi benda langit, khususnya matahari dan bulan. Sementara, rukyat adalah observasi benda-benda langit untuk memverifikasi hasil hisab.
Menurut Ismail, kedua metode tersebut saling menguatkan. "Bahkan seperti dua sisi mata uang," tutur Ismail.
Mengutip 优游国际.com (14/2/2022), berikut ini adalah pengertian metode hisab dan metode rukyat.
Hisab dapat diartikan dengan penghitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender Hijriah. Ada beberapa rujukan atau kitab yang digunakan untuk metode hisab di Indonesia.
Metode hisab juga ada yang menggunakan metode kontemporer. Caranya yakni menggunakan rumus-rumus yang ada pada kitab tersebut, seperti bagaimana cara untuk menghitung awal bulan dengan data astronomis yang ada.
Baca juga: Hisab dan Rukyat, Dua Metode untuk Menentukan Awal Ramadhan
Sementara, Rukyat adalah aktivitas pengamatan visibilitas hilal (bulan sabit) saat Matahari terbenam menjelang awal bulan di Kalender Hijriah. Umumnya, metode Rukyat digunakan guna menentukan awal bulan Zulhijah, Ramadhan, dan Syawal.
Dalam melakukan pemantauan hilal, Kemenag bekerja sama dengan organisasi masyarakat Islam, pakar BMKG, pakar Lapan, dan pondok pesantren yang telah melakukan penghitungan di wilayahnya.
Penghitungan tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya "salah lihat". Sebab, jika tinggi hilal berada di bawah 2 atau 4 derajat, maka kemungkinan obyek yang dilihat bukan hilal, melainkan bintang, lampu kapal, atau obyek lainnya.
Baca juga: Try Sutrisno Hadiri Halal Bihalal Purnawirawan TNI di Tengah Tuntutan Wapres Gibran Dicopot
Hilal bisa dilihat dengan ketinggian minimal 2 derajat, elongasi (jarak sudut matahari-bulan) 3 derajat, dan umur minimal 8 jam saat ijtimak.
Dalam menentukan awal Ramadhan dan awal Syawal, Kemenag biasanya akan menggelar sidang isbat penentuan awal Ramadhan. Untuk penentuan awal Ramadhan 1443 Hijriah, sidang isbat dijadwalkan akan digelar pada Jumat, 1 April 2022.