Alasan lain di balik gempa Myanmar yang merusak adalah retakan terjadi pada kedalaman dangkal, dilansir dari The Hindustan Times (30/3/2025).
Ini berarti, energi seismik dari gempa mengakibatkan guncangan tanah yang hebat karena hanya menghilang sedikit sebelum mencapai permukaan Bumi dari titik pusatnya.
Menurut peneliti British Geological Survey, Roger Musson, kedalaman gempa hanya 10 km sehingga memperparah kerusakan.
Energi seismik besar dari gempa hilang sedikit sebelum sampai permukaan Bumi, sedangkan bangunan-bangunan di atas permukaan harus menahan kekuatan penuh dari gempa.
Musson juga menekankan, gempa tidak hanya berdampak pada episentrum. Namun, gelombang seismik akan menjalar dari seluruh patahan.
Kondisi demikian berpotensi menyebabkan area gempa Myanmar meluas. Ini membuat penduduk sekitar area terdampak gempa berisiko meninggal akibat gempa.
Baca juga: Gempa Guncang Myanmar dan Thailand, Bagaimana Kabar WNI di Sana?
Selain dari faktor gempa, keadaan Myanmar yang dipenuhi pembangunan gedung-gedung tinggi juga berperan menimbulkan kondisi serius saat terjadi gempa.
Pakar ilmu Bumi di Universitas Royal Holloway London, Ian Watkinson menuturkan, gedung-gedung tinggi di Myanmar dibangun dari beton bertulang.
Banyak bangunan juga belum tahan gempa. Hal ini diperparah dengan kondisi Myanmar yang dilanda konflik dan belum ada aturan hukum standar desain bangunannya.
"Myanmar relatif belum berkembang. Sebagian besar berupa bangunan rendah berbingkai kayu dan monumen keagamaan yang terbuat dari batu bata," kata Watkinson.
Sementara, sedikitnya 2,8 juta warga Myanmar tinggal di gedung yang dibangun dari kayu dan batu bata tanpa tulangan. Mereka rentan terhadap guncangan gempa.
Baca juga: Singapura Kerahkan Kecoak Cyborg untuk Bantu Cari Korban Reruntuhan Gempa Myanmar
Konfilk internet dalam pemerintah Myanmar yang kini dipimpin junta militer pun turut menyumbang angka kematian korban gempa Myanmar.
Junta militer yang dipimpin Jenderal Senior Min Aung Hlaing merebut kekuasaan dengan mengkudeta pemerintahan Aung San Suu Kyi pada Februari 2021.
Diberitakan Time, Kamis (3/4/2025), junta militer diduga menyita bantuan untuk warga. Militer juga diklaim mengendalikan pos pemeriksaan untuk menghalangi obat-obatan masuk ke wilayah yang dikuasai lawan.
Junta juga menerapkan pemadaman internet dan listrik yang membatasi jangkauan gambar dan informasi. Tindakan ini menghalangi upaya penyelamatan korban.
Pihak junta militer juga kerap menolak bantuan internasional. Sebab, tidak punya infrastruktur transportasi dan organisasi untuk mendistribusikan bantuan.
Banyak jurnalis internasional bahkan mengaku tidak diizinkan memasuki wilayah Myanmar yang terdampak gempa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.