ÓÅÓιú¼Ê

Baca berita tanpa iklan.

Kenapa Indonesia Masih Diguyur Hujan Saat Awal Musim Kemarau 2025? Ini Penjelasan BMKG

ÓÅÓιú¼Ê.com - 05/04/2025, 10:00 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya

Penulis

KOMPAS.com - Beberapa warganet di media sosial X menyoroti hujan yang masih mengguyur wilayah Indonesia pada April 2025.

Padahal, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memprediksi bahwa sebagian wilayah Indonesia memasuki awal musim kemarau mulai April 2025.

Dilansir dari ÓÅÓιú¼Ê.com, Jumat (14/3/2025), wilayah tersebut mencakup Lampung bagian timur, pesisir utara Jawa bagian barat, pesisir Jawa Timur, sebagian Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Menurut akun @pw***, Kamis (3/4/2025), Kota Solo, Jawa Tengah, masih dilanda hujan padahal bulan Maret yang merupakan periode musim hujan sudah berlalu.

Baca juga: Maret Masih Hujan, Apakah Awal Musim Kemarau 2025 Mundur? Berikut Jawaban BMKG

Warganet lainnya melalui akun @nnn****, Kamis (3/4/2025), juga merasa heran karena hujan dalam intensitas lebat disertai angin kencang masih terjadi pada awal April 2025.

ini jakarta hrus bgt kah tbt hujan,” cuit akun @wish****, Jumat (4/4/2025).

Vibes Malang baru berasa di suhu segini  *efek hujan tiap hari,” twit akun @oren****, Kamis (3/4/2025).

Lalu, kenapa hujan masih terjadi pada April 2025 padahal wilayah Indonesia masuk awal musim kemarau 2025?

Baca juga: Warganet Keluhkan Cuaca Labil dari Panas Tiba-tiba Hujan, Ada Apa?

Penyebab hujan masih terjadi pada April 2025

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani mengatakan, wilayah Indonesia masih berpotensi dilanda hujan mulai Jumat (4/4/2025) hingga Kamis (10/4/2025).

Baca juga: 6 Wilayah Ini Mulai Masuk Musim Kemarau pada April 2025, Mana Saja?

Berikut penjelasannya:

1. Kemunculan Madden-Julian Oscillation (MJO) spasial dan gelombang Kelvin, Rossby Ekuator serta Low Frequency

Andri menjelaskan, MJO secara spasial diprediksi aktif di Laut Andaman, perairan utara Sabang, Aceh bagian utara, Kalimantan Selatan, Selat Makassar bagian selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, NTT, Teluk Bone, Laut Banda, dan Laut Arafuru.

Kombinasi MJO dan gelombang Kelvin, Rossby Ekuator, serta Low Frequency di beberapa lokasi.

Wilayah tersebut mencakup Laut Natuna Utara, Kalimantan Utara, Selat Makassar bagian utara, Sulawesi Utara, Laut Sulawesi, Laut Maluku, Maluku Utara, dan Samudra Pasifik utara Halmahera hingga Papua.

“Sehingga berpotensi meningkatkan aktivitas konvektif serta pembentukan pola sirkulasi siklonik di wilayah tersebut,” ujar Andri dalam keterangan resmi yang diterima ÓÅÓιú¼Ê.com, Jumat (4/4/2025).

Baca juga: Cara Cek Curah Hujan Selama Mudik Lebaran 2025, Klik Link Berikut

2. Sirkulasi siklonik dan konvergensi

Sementara itu, sirkulasi siklonik yang berada di Samudra Hindia barat daya Lampung, perairan barat laut Aceh, Laut Natuna, Samudra Hindia Tenggara NTT, dan Maluku Utara membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi).

Halaman:


Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi ÓÅÓιú¼Ê.com
Network

Copyright 2008 - 2025 ÓÅÓιú¼Ê. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses ÓÅÓιú¼Ê.com
atau